LAPORAN
PRAKTIKUM
BAHAN
ALAM FARMASI
“Parameter Non Spesifik (Kadar Air)
Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.)”
A.
Tanggal
Praktikum : 30 Oktober 2017
B.
Tujuan
Praktikum
1. Untuk mengetahui kadar air dalam serbuk simplisia
Daun pacar air
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penentuan kadar
air serbuk simplisia Daun pacar air
C.
Dasar
Teori
Air
adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang
bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut
sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah
tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat
“hidrofobik” (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya
zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul
dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu menandingi
gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut tidak larut
dan akan mengendap dalam air (Syarief, 1993).
Air ada yang
berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik didalam matriks bahan maupun
didalam jaringannya. Air yang berbentuk bebas sangat mudah menguap karena
biasanya terdapat pada permukaan bahan pangan. Kadar air perlu diukur untuk
menentukan umur simpan suatu bahan pangan. Kadar air adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet
basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah
mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 %, sedangkan kadar air
berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 % (Syarief, 1993).
Kadar
air merupakan hasil dari pengukuran jumlah total air yang terkandung dalam
bahan pangan, termasuk simplisia dengan tanpa memperhatikan kondisi atau
derajat keterikatan air. Penentuan kadar air ini merupakan salah satu parameter
non spesifik dari proses standarisasi suatu simplisia, dengan tujuan untuk
memberikan batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam
bahan. Kandungan air dalam suatu bahan yaitu simplisia dapat menjadi factor
penentu kualitas dari simplisia itu sendiri, terutama kestabilannya selama
penyimpanan (Winarno, 1997).
Penentuan
kadar air dapat ditentukan dengan berbagai cara yaitu dengan metode thermogravimetri,
thermovolumetri dan metode khemis. Salahsatu cara yang paling sering digunakan
adalah dengan metode destilasi atau thermovolumetri. Metode ini dilakukan
dengan menguapkan air dari dalam bahan dengan menggunakan suatu pembawa atau
pelarut cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan
tidak dapat bercampur dengan air serta memiliki BJ yang lebih rendah (Winarno,
1997).
Penentuan
kadar air untuk berbagai bahan/simplisia berbeda-beda metodenya tergantung pada
sifat bahan. Misalnya:
1.
Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula
tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan
menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.
2.
Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan
mengandung senyawa volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan
cara destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah dari
pada berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan
kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer,dsb (Winarno, 1997).
D.
Alat dan Bahan
Alat
Seperangkat Alat Destilasi
|
Erlenmeyer
|
Gelas Ukur
|
Gelas Kimia
|
Hotplate
|
Batu Didih
|
Bahan
-
Toluen
-
Air
-
Serbuk simplisia daun pacar air (Impatiens balsamina L.)
E.
Prosedur Kerja
a. Penjenuhan Toluen dengan Air
b. Penetapan Kadar Air
F.
Data
Hasil Pengamatan
Bobot sampel
|
Volume Awal (V1)
|
Volume Akhir (V2)
|
20 gram
|
2 mL
|
3,8 mL
|
Perlakuan
|
Dokumentasi
|
-
Menyiapkan alat
-
Proses destilasi
|
|
Volume awal
Sebanyak 2 mL
|
|
Volume akhir. Kadar air yang didapat dari simplisia sebanyak 3,8 mL
|
|
G.
Pembahasan
Kadar air dalam suatu simplisia perlu diperhatikan, karena kandungan
air yang tinggi akan menginisiasi pertumbuhan mikroba, jamur, reaksi pembusukan
serta reaksi enzimatis yang pada akhirnya diikuti reaksi hidrolisis terhadap
senyawa kimia dalam simplisia yang kemungkinan bisa berakibat toksik. Oleh
karena itu simplisia perlu distandardisasi salah satunya dengan penetapan kadar
air yang bertujuan untuk mengukur kadar air dalam simplisia sehingga dapat
terjamin keamanan, kualitas dan khasiat simplisia yang diperoleh.
Penetapan kadar air terdiri dari tiga metode, yaitu dengan titrasi Karl
Fischer, Gravimetri, dan distilasi azeotrop, yang bertujuan memberikan batasan
minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan, dimana nilai
maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi. Diantara ketiga metode tersebut distilasi azeotrop merupakan
metode yang paling sering digunakan karena mudah dilakukan dan lebih akurat
dibanding metode lain. Metode destilasi digunakan untuk menetapkan kadar air
bahan pangan yang mudah menguap, memiliki kandungan air tinggi, dan mudah
teroksidasi.
Dalam praktikum ini simplisia yang diuji adalah Daun Pacar Air (Impatiens
Balsamina. L) Pacar air mengandung zat-zat kimia aktif seperti pada bunga
yang mengandung anthocyanins,
cyanidin, delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Sementara
biji mengandung saponin dan kandungan minyak seperti γ-spinasterol,
β-ergosterol, balsaminasterol, parianaric acid, quercetin, nephthaquinon,
minyak terbang, dan turunan kaempherol. Minyak atsiri adalah
senyawa yang mudah menguap pada suhu kamar. Sehingga dalam penetapan kadar air
lebih tepat menggunakan metode Destilasi azeotrop dimana pada distilat yang
dihasilkan minyak atsiri yang menguap tidak akan bercampur dengan air
disebabkan memiliki kepolaran tang berbeda. Sedangkan jika dilakukan metode
lain seperti gravimetri, minyak atsiri dan air akan sama-sama menguap sehingga
disaat pengukuran kadar air hasilnya akan lebih besar dari kadar air
sebenarnya.
Prinsip dari metode distilasi azeotrop adalah penggabungan dua buah
pelarut yang memiliki titik didih serta kepolaran yang berbeda dengan air
dimana saat proses distilasi kedua pelarut akan menguap pada suhu yang sama
yaitu diatas atau dibawah titik didih kedua pelarut tersebut yang disebut pada
titik azeotrop. Oleh karena itu, syarat pelarut yang digunakan dalam distilasi
azeotrop adalah:
-
Memiliki titik didih yang berbeda
dengan air
-
Memiliki berat jenis yang berbeda
dengan air, dan
-
Memiliki kepolaran yang berbeda
dengan air.
Mekanisme kerja dari percobaan ini mula-mula simplisia Daun pacar air
dihaluskan. Hal ini bertujuan agar kadar air yang dihasilkan lebih akurat. Semakin kecil ukuran bahan yang akan didestilasi jumlah rendemen air
yang dihasilkan semakin banyak. Sebanyak 20 gram simplisia tersebut
dimasukan ke dalam labu bundar. Kemudian ditambahkan toluen yang telah
dijenuhkan dengan air. Toluen merupakan senyawa anhidrat yang dapat menyerap
air, sehingga ketika toluen belum jenuh dengan air, toluen akan menyerap air
yang dikandung simplisia. Hal ini yang akan menghasilkan kadar air palsu dalam
distilasi azeotrop, dan hasilnya akan lebih kecil dari kadar air sebenarnya.
Proses penjenuhan simplisia terdapat dua metode, yaitu metode yang
telah ditetapkan oleh WHO dan metode yang terdapat dalam farmakope. Dalam
percobaan ini dilakukan penjenuhan dengan metode yang ditetapkan WHO yaitu
dengan menggunakan corong pisah karena prosesnya yang lebih mudah dilakukan
dibanding metode yang ditetapkan farmakope yaitu menggunakan distilasi.
Penjenuhan dilakukan dengan cara menambahkan 2 ml air ke dalam 200 ml dalam
corong pisah, kemudian digojog. Lalu didiamkan beberapa saat agar terbentuk 2
lapisan cairan yang stabil. Kemudian air dan toluene akan terpisah.
Selanjutnya dimasukan batu didih ke dalam campuran simplisia dan
toluen, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya bumping atau letupan pada
saat proses pemanasan. Sampel dalam labu didih dilakukan pemanasan, proses
pemanasan sampel yang telah dicampurkan dengan pelarut bertujuan untuk
menguapkan pelarut bersama-sama dengan air. Teluena sebagai pelarut merupakan
senyawa non polar, sedangkan air adalah senyawa polar, tetapi pada keadaan
panas keduanya dapat tercampur. Hal ini disebabkan karena ketika dipanaskan,
toluena menjadi tidak stabil dan terjadi reaksi adisi yaitu pemutusan ikatan
rangkap dan membentuk ikatan hidrogen dengan air. Tentu dalam hal ini teluena
mengalami peningkataan kepolaran dan dapat bercampur dengan air.
Proses penguapan kedua campuran pelarut akan melewati kondensor dan
mengalami kondensasi akibat adanya aliran air dari kran. Aliran air dalam alat
destilasi harus dari bawah keatas. Hal ini dilakukan karena jika aliran dari
atas ke bawah akan dipengaruhi oleh gravitasi sehingga aliran lebih cepat dan
akan mempengaruhi proses kondensasi yang akhirnya proses pengembunan tidak
maksimal. Jika aliran tidak dipengaruhi gravitasi, aliran air lebih lambat dan bagian dari dalam pipa lebih lama
mengalami kontak dengan air sehingga pendinginan lebih sempurna dan hasil yang
dihasilkan lebih sempurna.
Selanjutnya uap dari campuran pelarut akan mengembun dan masuk ke
tabung aufhauser yang berskala. Pada suhu dingin air dan toluen dalam tabung
aufhauser akan kembali terpisah karena kedua pelarut tersebut memiliki
kepolaran dan berat jenis yang berbeda. Air akan menempati posisi dibagian bawah
toluen. Karena air memiliki BJ yang lebih besar yaitu 1 kg/L dibanding toluen
yaitu 0,87 kg/L. Proses penyulingan
berlangsung selama 2 jam dan pemanasan dihentikan setelah diperkirakan air
telah berhenti menetes. Kemudian didiamkan selam 5 menit untuk menyempurnakan
pemisahan.
Tabung aufhauser pada distilasi azeotrop memiliki skala volume sehingga
volume air yang dihasilkan langsung dapat diketahui. Dari pengamatan yang
dilakukan, diperoleh volume air sebanyak 1,8 mL.. Kadar air dalam 20 gram dapat
diketahui sebesar 9%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa simplisia yang
digunakan telah memenuhi standar simplisia yang baik. Karena kadar air dalam
suatu simplisia tidak boleh lebih dari 10%.
Dari hasil pengamatan, toluen yang ditampung dalam gelas berskala
menjadi keruh, hal ini disebabkan toluen bercampur dengan vaselin yang
dioleskan pada sambungan-sambungan alat destilasi.
H.
Kesimpulan
-
Kadar air ialah jumlah air yang
terkandung dalam suatu bahan yang dinyatakan dalam satuan persen atau perbedaan
antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan.
-
Penetapan
kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam suatu simplisia, dimana
simplisia yang baik mengandung kadar air tidak lebih dari 10%.
-
Penetapan
kadar air untuk simplisia yang mengandung minyak atsiri digunakan metode
distilasi azeotrop.
-
Toluen
merupakan senyawa anhidrat yang harus dilakukan penjenuhan, hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya kadar air palsu.
-
Kadar
air simplisia kuit kayu manis dengan metode destilasi azeotrop adalah 9 %
I.
Daftar Pustaka
Sudarmadji, Slamet, H. Bambang,
Suhardi. 2003. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta
: Liberty.
Syarief, R dan Halid Hariyadi.
1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Jakarta : Arcan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar