Senin, 25 Desember 2017

Laporan Urinalisis




URINALISIS

A.    Praktikum ke                  : 1
B.     Tanggal Praktikum        : 04 September 2017
C.    Tujuan Praktikum         :
-     Menganalisis urin secara makroskopik dengan menggunakan carik celup.
-     Menginterpretasikan hasil pengamatan dan menghubungkan dengan patologi klinik.
D.    Prinsip Percobaan         
1.      Leukosit         :  Asam karbonat ester oleh esterase yang terdapat pada granulosit akan diubah membentuk indoxyl. Indoxyl dioksidasi membentuk senyawa yang berwarna indigo.
2.      Nitrit              :  Nitrat adanya gram negatif berubah menjadi nitrit. Nitrit dengan para-arsinic acid dan tetrahydrobenzoquinolin membentuk senyawa yang berwarna merah.
3.      Urobilinogen  : Urobilinogen dengan para-aminobenzaldehide dalam suasana asam akan terbetuk senyawa azo yang berwarna merah.
4.      Protein            :  3’3’5’5’ tetrachlorofenol-3,4,5,6 tetrabromosulfo-phtalein (buffer) dengan protein akan membentuk senyawa berwarna hijau muda sampai hijau tua.
5.      pH                  :  Kombinasi indikator methyl red dan bromthymol blue yang terkandung pada carik memungkinkan perubahan warna carik sesuai dengan pH urin.
6.      Darah             :  H2O2 oleh peroksidase yang ada pada Hb membentuk O2 dan H2O. O2 yang terbentuk akan mengoksidasi benzidin (kromogen) membentuk senyawa berwarna hijau biru.
7.      Berat Jenis      :  Bromthymol blue dengan methyl vinyl ether maleic acid sodium salt akan memberikan warna pada urin dengan BJ  ≥ 0,5.
8.      Keton             :   Natrium nitroprusid sebagai oksidator kuat dengan asam asetoasetat dan aseton yang bersifat basa membentuk senyawa yang berwarna violet.
9.      Bilirubin         :   Bilirubin dengan garam diazonium (2-6 diclorobenzene-diazonium floroborat) dalam suasana asam membentuk azobilirubin yang berwarna merah violet.
10.  Glukosa          :  D-Glukosa oleh enzimglukosa oksidase diubah menjadi D-glukonalakton dan H2O2. H2O2  yang terbentuk akan mengoksidasi kromogen membentuk senyawa berwarna coklat.

E.     Dasar Teori                    
Semua makhluk hidup akan mempertahankan keseimbangan cairan tubuhnya agar tetap normal. Jika keseimbangan cairan tubuh terganggu, metabolisme tubuh pun akan terganggu, bahkan mungkin dapat menyebabkan kematian. Cara kerja tubuh untuk mengatur kandungan air di dalam tubuh disebut osmoregulasi. Keluarnya air urin merupakan contoh osmoregulasi yang dilakukan oleh tubuh. Volume urin yang keluar dari tubuh berubah-ubah. Osmoregulasi berkaitan erat dengan proses ekskresi karena proses ekskresi juga mengeluarkan cairan dari tubuh. Ekskresi adalah pengeluaran zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh salah satu hasil ekskresi adalah urin (Yusa&Djoko, 2006).
Urin normal berwarna jernih, pH berkisar antara 4,8-7,4, dan berat jenis 1,008-1,030. Warna kekuning-kuningan karena pengaruh pigmen yang berwarna kuning dan baunya tidak enak. Air merupakan komponen terbesar dari urin yang di dalamnya terkandung garam-garam anorganik dan senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa anorganik berupa kation: Na+, K+, Ca+2, Mg+2, NH4+, sedikit Fe+3, Cu+2, Zn+2, sedangkan yang berupa ion anion : Cl-, PO4-3, SO4-2, CO3-2 dan sedikit NO3-. Sebagian besar senyawa organik yang terdapat dalam urin merupakan sampah dari proses metabolisme, antara lain ureum, asam urat, kreatin, kreatinin, asam hipurat, indikan, asam-asam amino, asam-asam organik (asam asetat, asam format, asam butirat, asam sitrat, asam oksalat, asam laktat, asam glukuronat, asam benzoat). Beberapa enzim (amilase, tripsin, lipase), beberapa hormon (hormon-hormon kelamin), dan vitamin (vitamn C, vitamin B1) terdapat juga dalam urin. Urin patologis kemungkinan mengandung protein, glukosa, aseton, billirubin, urobilinogen, dan urobilin (Sumardjo, 2009).
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin untuk tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes mellitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum (Zuhrawati, 2016).
Percobaan ini dilakukan dengan cara mencelupkan reagent strips urine ke dalam sampel. Setelah dicelupkan hasil langsung dibaca dengan mencocokkan dengan warna standar pada reagent strips urine. Reagent strips urine ini secara semikuantitatif meliputi pengukuran nilai leukosit (120 detik), nitrit (60 detik), urobilinogen (60 detik), protein (60 detik), pH (60 detik), darah (60 detik), berat jenis (45 detik), keton (40 detik), bilirubin (30 detik), dan glukosa (30 detik), dengan parameter dalam percobaan ini adalah nilai leukosit, nitrit, urobilinogen, protein, pH, darah dalam urine, berat jenis, keton, billirubin, dan glukosa.

F.     Alat dan Bahan

1.      Urin Segar
Description: 57597.jpg
2.      Reagen Carik Celup
Description: 6920.jpg Description: 6927.jpg
3.      Tabung Penampung Urin
Description: xP1030057-500x345.jpg.pagespeed.ic.xk79rayNUc.jpg
4.      Tissue
Description: Tissue-box_zps376cab07.jpg

G.    Prosedur Kerja


H.    Hasil Pengamatan
1.    Organoleptik
No
Organoleptik
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
1
Warna
Kuning pucat
Orange
Orange
Kuning
2
Bau
Urin
Urin+obat
Urin
Urin





2.    Reagen Carik Celup
No
Reagent
Normal
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
1
Glucose
-
-
-
-
-
2
Bilirubin
-
1(17)+
1(17)+
1(17)+
-
3
Ketone
-
-
5 (0.5)±
-
-
4
Specific Gravity
1.000
1.020
1.030
1.025
1.010
5
Blood
-
-
-
-
-
6
pH
5.0
6
5
6
7
7
Protein
-
-
15 (0.15)±
30 (0.3)+
30 (0.3)+
8
Urobilinogen
0,2 (3,5)
0,2 (3,5)
0,2 (3,5)
0,2 (3,5)
0,2 (3,5)
9
Nitrite
-
-
-
-
-
10
Leukocytes
-
125++
15±
15±
15±

3.    Gambar
Sampel 1
Description: C:\Users\Raja Ramadiansyah\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\6898.jpg
Sampel 2
Description: C:\Users\Raja Ramadiansyah\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\6922.jpg
Sampel 3
Description: C:\Users\Raja Ramadiansyah\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\6916.jpg
Sampel 4
Description: C:\Users\Raja Ramadiansyah\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\6900.jpg

I.         Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan yaitu “Pemeriksaan Urinalisis” dengan sampel urin menggunakan metode carik celup. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengevaluasi fungsi ginjal dengan cara urinalisis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh. Ginjal mempunyai kemampuan memilih dan menahan zat-zat esensial pada saat mengekskresikan produk akhir metabolisme dan kelebihan zat dari makanan. Maka untuk mengetahui fungsi ginjal diantaranya dapat dilkakukan dengan cara skrining pada urin dengan metode urinalisis.
Sampel urin yang digunakan adalah urin dari wanita dan pria yang terdiri dari 4 sampel urin. Sampel urin yang digunakan untuk uji haruslah dalam keadaan segar. Artinya, reagent strip langsung dicelupkan ke dalam urin yang baru keluar dari tubuh. Alasannya karena ada kemungkinan urin mengalami perubahan jika tidak segera dilakukan pengujian. Dimana perubahan ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strip mempunyai beberapa keuntungan yaitu mudah dilakukan, cepat dan biaya relatif murah. Akan tetapi, reagent strip tidak dapat dijadikan informasi yang akurat tentang adanya kelainan karena analisis urin reagent strip ini merupakan tes secara kualitatif. Untuk membuktikan adanya kelainan harus dilakukan tes lebih lanjut lagi.
Cara analisis urin yaitu dengan mencelupkan strip ke dalam sampel urin setelah itu dilihat perubahan warna pada kotak-kotak kecil tersebut, pemeriksaannya meliputi hasil kadar glukosa, bilirubin, ketone, sfesifik gravity, blood, pH, protein, urobilinogen, nitrite dan leukosit.
Pada tes leukosit pemeriksaan ini berdasarkan adanya reaksi esterase yang merupakan enzim pada granula azurofil atau granula primer dari granulosit dan monosit. Esterase akan menghidrolisis derivate ester naftil. Naftil yang dihasilkan bersama dengan garam diazonium akan menyebabkan perubahan warna dari coklat muda menjadi warna ungu. Banyaknya esterase menggambarkan secara tidak langsung jumlah leukosit di dalam urine. Pada sampel 2,3, dan 4 menunjukan hasil 15+, tetapi pada sampel 1 menunjukan hasil 125++. Seharusnya pada urin normal tidak terdapat leukosit.
Kemudian pada tes pH semua sampel menunjukan pH normal, karena pH normal pada urin berkisar antara 5-7. Pembacaan pH hendaknya segera dilakukan (urin dalam kondisi segar), karena urin yang lama cenderung menjadi alkalis (karena perubahan ureum menjadi amonia).
Pada tes nitrit urin adalah test yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri urin. Tes ini berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri penyebab infeksi saluran kemih dapat mereduksi nitrat menjadi nitrit. Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Pada semua sampel menunjukan hasil negatif yang artinya urin tidak terdapat nitrit.
Pada tes protein menunjukan bahwa pada semua sampel terdapat kandungan protein, sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena perubahan fisiologis. Selama olahraga, stres atau diet, pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan proteinuria.
Kemudian pada tes ketone sampel 1,  3 dan 4 negatif keton, tetapi pada sampel 2 mengandung keton 5 (0,5)+ yang seharusnya tidak ada keton di dalam urin, itu disebabkan karena pengaruh konsumsi obat, diet rendah karbohidrat dan malnutrisi. Selanjutnya pada pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Kemudian hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara kalium iodida dengan hidrogen proksidase menghasilkan H2O dan On (O nascens). O nascens akan mengoksidasi zat warna kalium iodida dalam waktu 10 detik membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat.
Pada tes glukosa menunjukan pada semua sampel negatif glukosa maka urin pada sampel tersebut termasuk normal. Pada tes uribilinogen, empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di feses, sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam urin. Urobilinogen normal pada urin yaitu 0,2(3,5), kemudian pada semua sampel terbukti bahwa nilai urobilinogen pada urinnya normal. Hasil positif dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. Urobilinogen urin menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Pada tes Specific Gravity (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan urin serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.
BJ urine yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Berat jenis urin normal yaitu 1,000 maka pada semua sampel urin masih dalam batas normal. Hal ini menandakan tidak terjadi gangguan fungsi reabsorpsi tubulus.
Pada tes bilirubin sampel urin menunjukan hasil bilirubin 1(17)+. Maka bila dalam urine ditemukan adanya peningkatan kadar bilirubin yang berlebih, dapat diduga pasien tersebut menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu.
Selanjutnya pada tes darah, pada semua sampel urin menunjukan hasil negatif. Tetapi bila di dalam urin terdapat kandungan eritrosit adalah wajar, karena memang tubuh membuang sel-sel darah merah yang sudah mati keluar dari tubuh salah satunya melalui urin. Namun, bila jumlahnya sangat banyak di atas batas normal maka bisa saja pasien memiliki kerusakan pada bagian glomerulus di ginjal yang berfungi untuk menyaring zat-zat penting dari dalam darah.
Tidak hanya dengan menggunakan reagen strip, untuk memastikan adanya kelainan pada urin diperlukan beberapa pemeriksaan fisik  seperti pada warna, bau, dan kejernihan. Pada pemeriksaan warna urin sampel 1 dan sampel 4 menunjukan urin berwarna kuning pucat dan kuning yang artinya warna urin tersebut normal, karena dalam urin terdapat campuran pigmen - pigmen seperti uroetrin, urokron dan porfirin.  Sedangkan pada sampel 2 dan 3 urin berwarna orange yang menunjukan bahwa warna urin tidak normal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dipengaruhi oleh jenis makanan yang dimakan, jenis kegiatan, penyakit, pengaruh adanya metabolit, konsumsi makanan atau obat-obatan dan pigmen. Kemudian pada pemeriksaan bau, sampel 1, 2, 3 dan 4 menunjukan bau urin adalah normal, karena berbau amoniak. Adapun bau urin yang pesing disebabkan karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Bau pada urin disebabkan karena faktor fisiologis maupun patologis. Penyebab fisiologis misalnya makanan, vitamin, obat-obatan dan hormon. Penyebab patologis berupa adanya penyakit ataupun kerusakan pada saluran kemih. Dan dilihat pada kejernihannya menunjukan bahwa semua sampel urin jernih menandakan urin normal.

J.        Kesimpulan
Dari hasil praktimun dapat disimpulkan bahwa evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara urinalisis menggunakan carik uji atau reagent strip. Pada hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa semua sampel urin baik laki-laki maupun perempuan, semua parameter (protein, glukosa, eritrosit, leukosit, nitrit, keton, urobilinogen, bilirubin, bobot jenis, dan pH) menunjukkan nilai yang normal.






DAFTAR PUSTAKA

Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up). Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Mochtar Rustam. 1998. Obstetri Fisiologi, Obsterti Patologi. Jakarta : EGC.
Pratama E, dkk. 2016. Pemeriksaan Urinalisis Untuk Menentukan Status Present Kambing Kacang (Capra Sp.) Di Upt Hewan Coba Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Jurnal Medika Veterinaria. ISSN : 0853-1943.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika. Jakarta.
Yusa dan Djoko Arisworo. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Grafindo Media Pratama.

Tidak ada komentar: