Jumat, 23 Maret 2018

Makalah Daun Dewa



2.1  kajian pustaka
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Syahid, 2004).
Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu konstan karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan cara panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia (Anonim, 2000).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2.  Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetapi diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Anonim, 2000).
Daun dewa mengandung cukup banyak serat, berguna sebagai pencegah dan pengobatan suatu penyakit (Winarto, 2004). Daun dewa merupakan tanaman yang mudah diperoleh, dapat tumbuh di segala musim, dan mempunyai banyak khasiat. Tanaman daun dewa digolongkan sebagai herba, daun berhadapan kadang ada yang tersebar, daun tunggal tanpa daun penumpu. Bunga dalam bongkol kecil, bunga berwarna orange kecoklatan. Mahkota bunga berdaun lepas berbentuk lidah. Bakal buah tenggelam dengan satu bakal biji. Tangkai putik berjumlah satu, kebanyakan dengan dua kepala putik. Biji tumbuh menyatu dengan kulit buah (Van Steenis, 2003). Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, lever, analgetik, pembersih darah, antikoagulan, penghilang nyeri di persendian akibat rematik, pengobatan luka terpukul, tidak datang haid, bengkak payudara, kejang pada anak, masuk angin, digigit binatang berbisa, asam urat, kutil, tumor, kanker, mencegah serangan jantung, stroke dan jerawat (Dewani dan Sitanggang, 2006).
Unsur – unsur kimia yang dimiliki tanaman daun Dewa :
Menurut penilitian pada Pusat Kesehatan (Farmakologis), setiap unsur kimia yang dimiliki dari tiap bagian tanaman daun dewa ini, memiliki manfaat yaitu:
1.    Efek dari daun dewa adalah daun dan umbinya biasa digunakan sebagai obat antikoagulan, anti pembengkakan luka akibat pukulan/benturan/memar, melancarkan peredaran darah, menghentikan pendarahan pada batuk darah, mimisan, muntah darah, mengurangi pembengkakan atau benjolan pada payudara, mengatasi haid tidak lancar.
2.    Minyak Atsiri yang terkandung dalam daun dewa mampu merangsang peredaran darah menjadi lancar.
3.    Ekstrak Etanol daun dewa mampu menghambat pertumbuhan tumor paru dan sel kanker pada uji coba mencit (tikus putih) (Winarto, 2004).


2.2        Pembahasan
2.2.1    Klasfikasi daun dewa
Daun Dewa (Gynura pseudochina) merupakan tumbuhan semak semusim dengan tinggi sekitar 30-50 cm dan jika umurnya sudah agak tua bercabang banyak. Bentuk daunnya variatif, dari yang lonjong sampai lanset memanjang. Pangkalnya membulat dan ujungnya sedikit meruncing dengan tepi bertoreh. Bunganya majemuk dan buahnya kecil. Setelah berumur 6 bulan akan keluar umbi dan daunnya mengecil. Di Sumatera daun dewa disebut beluntas cina. Sementara itu, sebuatan atau bahasa Cinanya samsit dan san qi cao. Bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daun dan umbinya.


 







Dari penelitian diketahui bahwa tanaman diatas mengandung saponin dan flavonoida. Di samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida.


2.2.1.1   Botani
Daun Dewa termasuk suku compositae/asteraceae. Kedua tanaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi                 : Spermatophyta.


 









Subdivisi          : Angiospermae.
Kelas                : Dicotyledonae.
Bangsa             : Asterales.
Suku                : Compositae/asteraceae.
Marga             : Gynura.
Jenis                 : Gynura pseudochina (daun dewa).
Nama umum    : Daun Dewa

2.2.1.2    deskripsi daun dewa
Daun dewa merupakan semak semusim, dengan tinggi antara 30-50 cm. berbatang lunak dengan penampang bulat, berwarna ungu kehijauan dan akar membentuk umbi. Berdaun tunggal, bentuk daun variatif dari yang lonjong sampai lanset memanjang, tersebar mengelilingi batang, tangkai pendek, berwarna hijau, dan tepi bertoreh. Panjang daun bisa mencapai 30 cm dan lebar mencapai 10 cm. Daun berdaging, berbulu halus dan lebat, ujung tumpul dan pangkal meruncing, pertulangan menyirip, serta permukaan bawah berwarna hijau atau ungu. Bunga majemuk berbentuk bongkol, berbulu, panjang tangkai bunga antara 20-30 cm, serta kelopak berwarna hijau dan berbentuk cawan. Panjang mahkota bunga antara 1-1,5 cm dan benang sari berbentuk jarum berwarna kuning. Berbuah kecil berwarna cokelat. Biji berbentuk jarum berwarna cokelat dengan panjang   sekitar 0,5 cm, dan berakar serabut.

2.2.1.3  Kandungan kimia daun dewa
  Tanaman daun dewa mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai kandungan yang diketahui di antaranya saponin dan flavonoida( berupa asam klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat). Di samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida.
2.2.2     Efek farmakologi
Secara tradisional daun dewa telah banyak digunakan sebagai antikanker. Beberapa penelitian eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak Gynura procumbens mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit (tikus) karena benzopirena. Metode yang digunakan adalah metode new born mice. Anak mencit yang baru lahir disuntik secara intraperitonial dengan bahan yang bersifat karsinogen, yaitu benzopiren pada  hari pertama, ke-8, dan ke-15 setelah kelahiran. Pemberian daun dewa dimulai saat mencit berumur 8 minggu dan pemeriksaan nodul paru dimulai setelah mencit berumur 6 bulan. Pemeriksaan hispatologi terhadap beberapa organ juga dilakukan dan sebagai data pendukung dilakukan pula uji antimutagenesis terhadap Salmonella typhymurium JCM 6977. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak etanol Gynura pseudochina memiliki efek penghambatan pertumbuhan tumor paru oleh benzopiren, terbukti dengan lebih sedikitnya jumlah nodul dalam kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok control (Sugianto,dkk.,1997).
Bagian daun dari daun dewa dapat digunakan untuk mengatasi demam. Ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa pemberian infuse daun dewa sebanyak 8ml/kg BB dengan konsentrasi 5%,10%,dan15% b/v per oral (berat/volume, misalnya infuse daun dewa 5% b/v berarti 5 gram daun dewa dalam 100 ml infuse ) pada marmut yang dibuat demam dapat memberikan pengaruh sebagai antipiretik. Dalam penelitian ini digunakan pembanding parasetamol (Marmuwati, Jurusan Farmasi FMIPA unhas,1993).
Sebagai penurun kadar gula darah (kencing manis), Nurul Hidayah dari Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia (1991), telah melakukan penelitian yang hasilnya adalah pemeberian sari daun dewa dengan dosis setara 100 mg daun/100 gram berat badan (BB) tikus dapat menurunkan kadar glukosa  darah 1 jam setelah perlakuan. Sementara itu, Pujiastuti dan kawan-kawan telah melakukan penelitian tentang khasiat daun dewa  yang dapat memberikan efek analgesik (mengatasi rasa nyeri ) lebih baik dibandingkan sengan asetosal. Penelitian dilakukan dengan cara member sari daun dewa segar kepada mencit dengan dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral (diminum).
Dosis  2,32 mg/0,2 ml dan 4,64mg/0,2 ml dari ekstrak heksan daun dewa yang diberikan secara intraneoplasma pada mencit yang diinduksi dengan zat yang bersifat karsinogen, yakni benzopirena, mampu menghambat pertumbuhan kanker. Hal ini juga didukung dengan data histipatologi yang menunjukkan adanya nekrosis dari sel-sel kanker (Sukardiman,IGP Santa, dan N. Wied Aris R.K, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga).


2.2.3    Budi daya dan pasca panen daun dewa
Budi daya tanaman obat, termasuk daun dewa dilakukan untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan untuk memenuhi bahan baku obat tradisional. Untuk keperluan tersebut perlu diperhatikan kualitas produk bahan baku yang dihasilkan dan keaslian varietas tanaman. Dalam budi daya tanaman obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai cirri tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Selain itu, lingkungan tumbuh merupakan factor yang cukup penting karena berkaitan dengan peningkatan produksi tanaman, biaya produksi, dan sifat genetic dari tanaman yang dapat dipertahankan. Berkaitan dengan lingkungan , iklim dan tanah merupakan factor yang memungkinkan tanaman dapat berkembang secara baik. Masalah penanganan pascapanen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas bahan atau simplisia yang dihasilkan.



 












2.2.3.1        Lokasi tanam
Daun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut). Di dataran tinggi, daun dewa bisa berbunga dengan warna kuning, tetapi jika ditanam di dataran rendah jarang yang berbunga. Di samping itu, daun dewa tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan antara 1.500-3.500 mm/ tahun dengan tanah yang agak lembab sampai lembab dan subur.
2.2.3.2         Persiapan lahan
Lahan yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan-bedengan selebar 2 m dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan tersebut dibuat lubang tanam dengan ukuran sekitar 20x20x20 cm.
2.2.3.3         Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa sangat mudah dilakukan, yakni dengan cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman harus dilakukan setiap hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan.



 











a.       Penanaman
Penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.        Umbi tanaman bisa langsung ditanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
2.        Jika tingginya sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya anakan tanpa akar tersebut dapat di tanam kembali.
3.        Jika tanaman sudah tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.
4.        Daun dewa sebaiknya ditanam di tempat yang agak teduh (idealnya mendapat 60% sinar matahari), dengan menggunakan penaung berupa paranet. Hal ini dilakukan agar tidak menghasilkan daun yang keras.
b.      Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organic, berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap tanaman. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan tanah di dalam lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat menggunakan pupuk daun jika tanaman tampak kekurangan unsure hara, yakni jika tampak kurus dan daun berwarna kekuningan.
c.         Perawatan Tanaman
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap penampilan daun. Jika kekurangan air, daunnya kecil-kecil dan tebal, sedangkan jika cukup mendapat air, daunya lebar dan panjang. Karena itu, penyiraman dalam jumlah yang cukup harus secara rutin setiap hari.
d.        Penanggulangan Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa  addalah ulat jengkal( Nyctemera coleta) dan kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan daun sampai habis dan yang tersisa hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut harus dilakukan pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5 helai kea rah pucuk.

e.         Panen
Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4-5 helai daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh tunas –tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.

2.2.4    khasiat daun dewa
Sebagai tanaman obat, daun dewa berkhasiat mengobati beberapa penyakit selain kanker. Untuk pengobatan, daun dewa dapat diminum tanpa campuran bahan-bahan lain atau diramu dengan bahan lain, seperti temulawak, benalu teh, dan daun deruju sesuai dengan tujuan pengobatan. Di samping dikonsumsi dalam bentuk ramuan, daun dewa bisa juga dikonsumsi dalam bentuk makanan atau minuman, misalnya untuk lalapan atau dibuat urap-urap. Namun, harus diperhatikan , jika mengkonsumsi dalam bentuk makanan , jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan, apalagi bagi orang yang tidak menderita penyakit, karena baik daun dewa adalah tumbuhan yang berkhasiat obat.


 







Khasiat daun dewa banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara. Biasanya digunakan untuk mengobati demam, rash, atau ruam di kulit, dan kelainan ginjal. Akhir-akhir ini tanaman tersebut banyak dimanfaatkan untuk mengontrol penyakit kencing manis dan hiperlipidema atau kadar kolesterol tinggi. Berdasarkan pengalaman, daun dewa ternyata dapat mengatasi beberapa jenis penyakit dan gangguan kesehatan sebagai berikut :
1.         Kanker dan tumor
Kanker adalah suatu penyakit akibat terjadinya pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Jika tidak diobati, sel kanker akan terus berkembang dan menyusup, baik ke jaringan sekitarnya (invasive) maupun ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Akibatnya, tumbuh kanker baru di tempat lain, hingga menyebabkan kematian penderita.
Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk segala pembengkakan atau benjolan yang disebabkan oleh apa pun, baik pertumbuhan jaringan baru maupun adanya pengumpulan cairan, seperti kista atau benjolan yang berisi darah akibat benturan. Karena itu, ada istilah tumor jinak (benigna,benign) dan tumor ganas  ( maligna,malignant ) yang berarti kanker. Tumor jinak tumbuhnya lambat, setempat (local), tidak menyebar ke bagian yang lain dari tubuh, serta jarang mengganggu kesehatan.
2.         Prostat
Kelenjar prostat adalah bagian penting dari system reproduksi laki-laki. Kelenjar prostat sebenarnya bukan kelenjar, melainkan merupakan organ yang terdiri dari sekitar 70% jaringan kelenjar dan 30% jaringan fibromuskular. Pada laki-laki dewasa, ukurannya adalah sebesar kacang kenari dan berbobot sekitar 20 gram. Prostat terletak tepat di bawah kandung kencing dan didepan rectum dan diselimuti kapal berserat ynag tebal.
Umumnya, ukuran prostat konstan atau tetap selamat 30 tahun setelah pubertas. Pada beberapa laki-laki , prostat bahkan tidak mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Sayangnya, ini tidak dialami semua laki-laki. Ada laki-laki menderita pembesaran prostat tetapi tidak ganas. Secara medis, pembesara ini disebut dengan pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia atau BPH). Pembesaran prostat ini dapat menghalangi pengeluaran urin dari kandung kemih, sehingga penderita mengalami kesulitan buang air kecil. Hal ini menyebabkan jumlah urin dalam kandung kemih berlebihan dan menimbulkan peradangan sehingga timbul rasa nyeri, panas, atau bahkan mengeluarkan darah sewaktu kencing.
3.         Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Tekanan darah dianggap normal jika mempunyai tekanan antara 100-140 mm Hg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mm Hg untuk tekanan diastolic. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan jantung saat memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolikadalah tekanan jantung saat tidak memompakan darah ke seluruh tubuh (istirahat memompa).
Hipertensi sebetulnya merupakan akibat dari kerja keras jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Juka saluran darah di jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan elastisitas, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung agar distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini dapat menimbulkan jantung mudah lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun.
4.         Kencing manis
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis disebabkan menurunnya produksi hormone insulin oleh kelenjar pancreas. Akibatnya, seluruh gula yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara sempurna menjadi tenaga. Hal ini menyebabkan kandungan di dalam darah meningkat. Kondisi seperti ini mengakibatkan penderita merasa lesu, selalu merasa haus, lapar, sering buang air kecil, dan penglihatan kabur. Penyakit diametes mellitus dapat dialami setiap orang sebagai akibat dari kelainan di kelenjar pancreas atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan proses metabolisme dalam tubuh.
5.         Penyakit lain
Beberapa penyakit lain yang bisa diatasi dengan daun dewa diantaranya masuk angin, luka bakar dan luka teriris, bisul, koreng, kutil, cantengan, serta akibat digigit binatang berbisa.


 







2.2.4.1   Ramuan Daun Dewa untuk Pengobatan
              1.  tumor dan kanker
Bahan-bahan : Daun dewa segar 2 lembar, benalu the 5 gram, temulawak segar 25 gram, dan air 2 gelas.

Cara Pembuatan :
·         Setelah dicuci bersih, daun dewa dan temulawak diiris tipis-tipis.
·         Kedua bahan dicampur benalu the dan ditambah 2 gelas air, kemudian direbus hingga mendidih.
·         Pemanasan dilanjutkan, sambil sesekali diaduk hingga diperoleh 1 gelas cairan.
·         Cairan didinginkan, kemudian disaring.



Aturan Pemakaian : Diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.
2.  Kencing manis
Bahan : Daun dewa 10 lembar dan air 2 gelas

Cara Pembuatan :
·         Daun dewa dicuci bersih, kemudian diranjang, selanjutnya ditambah 2 gelas air dan direbus hingga mendidih.
·         Pemanasan dilanjutkan hingga diperoleh 1 gelas cairan.
·         Cairan didinginkan , kemudian disaring

Aturan Pemakaian : Ramuan diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.

3.  Hipertensi
Bahan, takaran, cara pembuatan ramuan , dan aturan pemakaian ramuan sama dengan ramuan untuk kencing manis.
4.    Masuk angin
Umbi daun dewa sebanyak 6-9 gram dibersihkan , dicuci, ditambah air 1 gelas, dan direbus sampai mendidih hingga diperoleh ½ gelas cairan. Cairan diminum sekaligus saat badan terasa tidak enak atau terserang masuk angin.


 






5.    Luka Bakar dan Luka Teriris
Setelah dicuci bersih, umbi daun dewa dipipis atau dihaluskan menggunakan cobek. Ditambahkan daging atau lendir lidah buaya, kemudian dilumatkan sampai rata, hingga menyerupai salep. Ramuan tersebut dibalurkan di bagian tubuh yang sakit, lalu di balut.

6.    Kutil dan Kuku Cantengan
Daun dewa segar secukupnya , dicuci bersih lalu dipipis. Selanjutnya dibubuhkan di kutil atau bagian kuku yang terkena cantengan, lalu di balut. Pengobatan dilakukan (diganti) 2 kali sehari.
7.    Bisul dan Koreng
Daun dewa dan daun cocor bebek segar dengan ukuran yang sama banyak. Kedua bahan dicuci bersih dan dipipis. Ramuan ini ditempelkan di bisul atau koreng yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan rebusan air sirih, lalu dibalut.
8.    Digigit Binatang
Umbi daun dewa secukupnya ditumbuk sampai halus. Cara pemakaiannya dibubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut.