2.1 kajian
pustaka
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (Syahid, 2004).
Simplisia sebagai produk hasil
pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan
kimianya tidak dapat dijamin selalu konstan karena disadari adanya variabel
bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi umum dan cara panen, serta proses
pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa
variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel
tersebut juga dapat dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah
sedikit prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan
sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga
variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu simplisia (Anonim,
2000).
Dalam hal simplisia sebagai bahan
baku (awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga
konsep untuk menyusun parameter standar mutu yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa simplisia sebagai bahan
kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter mutu umum suatu bahan
(material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari
kontaminasi kimia dan biologis), serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan
dan transportasi).
2. Bahwa
simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetapi
diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu
Quality-Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan
dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab terhadap respon biologis untuk
mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi komposisi (jenis dan kadar)
senyawa kandungan (Anonim, 2000).
Daun dewa mengandung cukup banyak serat, berguna sebagai pencegah dan
pengobatan suatu penyakit (Winarto, 2004). Daun dewa merupakan tanaman yang
mudah diperoleh, dapat tumbuh di segala musim, dan mempunyai banyak khasiat.
Tanaman daun dewa digolongkan sebagai herba, daun berhadapan kadang ada yang
tersebar, daun tunggal tanpa daun penumpu. Bunga dalam bongkol kecil, bunga
berwarna orange kecoklatan. Mahkota bunga berdaun lepas berbentuk lidah. Bakal
buah tenggelam dengan satu bakal biji. Tangkai putik berjumlah satu, kebanyakan
dengan dua kepala putik. Biji tumbuh menyatu dengan kulit buah (Van Steenis,
2003). Tanaman ini berkhasiat sebagai antiradang, lever, analgetik, pembersih
darah, antikoagulan, penghilang nyeri di persendian akibat rematik, pengobatan
luka terpukul, tidak datang haid, bengkak payudara, kejang pada anak, masuk
angin, digigit binatang berbisa, asam urat, kutil, tumor, kanker, mencegah
serangan jantung, stroke dan jerawat (Dewani dan Sitanggang, 2006).
Unsur –
unsur kimia yang dimiliki tanaman daun Dewa :
Menurut penilitian pada Pusat
Kesehatan (Farmakologis), setiap unsur kimia yang dimiliki dari tiap bagian
tanaman daun dewa ini, memiliki manfaat yaitu:
1. Efek dari daun dewa adalah daun dan umbinya
biasa digunakan sebagai obat antikoagulan, anti pembengkakan luka akibat
pukulan/benturan/memar, melancarkan peredaran darah, menghentikan pendarahan
pada batuk darah, mimisan, muntah darah, mengurangi pembengkakan atau benjolan
pada payudara, mengatasi haid tidak lancar.
2. Minyak Atsiri yang terkandung dalam daun
dewa mampu merangsang peredaran darah menjadi lancar.
3. Ekstrak Etanol daun dewa mampu menghambat
pertumbuhan tumor paru dan sel kanker pada uji coba mencit (tikus putih)
(Winarto, 2004).
2.2
Pembahasan
2.2.1
Klasfikasi daun dewa
Daun Dewa (Gynura pseudochina) merupakan tumbuhan
semak semusim dengan tinggi sekitar 30-50 cm dan jika umurnya sudah agak tua
bercabang banyak. Bentuk daunnya variatif, dari yang lonjong sampai lanset
memanjang. Pangkalnya membulat dan ujungnya sedikit meruncing dengan tepi
bertoreh. Bunganya majemuk dan buahnya kecil. Setelah berumur 6 bulan akan
keluar umbi dan daunnya mengecil. Di Sumatera daun dewa disebut beluntas cina.
Sementara itu, sebuatan atau bahasa Cinanya samsit dan san qi cao.
Bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk pengobatan adalah daun dan umbinya.
Dari penelitian diketahui bahwa tanaman diatas mengandung saponin dan
flavonoida. Di samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida.
2.2.1.1 Botani
Daun Dewa termasuk suku compositae/asteraceae. Kedua
tanaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi :
Spermatophyta.
Subdivisi :
Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Bangsa : Asterales.
Suku :
Compositae/asteraceae.
Marga : Gynura.
Jenis :
Gynura pseudochina (daun dewa).
Nama umum :
Daun Dewa
2.2.1.2 deskripsi daun dewa
Daun dewa merupakan semak semusim, dengan tinggi
antara 30-50 cm. berbatang lunak dengan penampang bulat, berwarna ungu
kehijauan dan akar membentuk umbi. Berdaun tunggal, bentuk daun variatif dari
yang lonjong sampai lanset memanjang, tersebar mengelilingi batang, tangkai
pendek, berwarna hijau, dan tepi bertoreh. Panjang daun bisa mencapai 30 cm dan
lebar mencapai 10 cm. Daun berdaging, berbulu halus dan lebat, ujung tumpul dan
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, serta permukaan bawah berwarna hijau
atau ungu. Bunga majemuk berbentuk bongkol, berbulu, panjang tangkai bunga
antara 20-30 cm, serta kelopak berwarna hijau dan berbentuk cawan. Panjang
mahkota bunga antara 1-1,5 cm dan benang sari berbentuk jarum berwarna kuning.
Berbuah kecil berwarna cokelat. Biji berbentuk jarum berwarna cokelat dengan
panjang sekitar 0,5 cm, dan berakar
serabut.
2.2.1.3 Kandungan kimia daun dewa
Tanaman daun
dewa mempunyai kandungan kimia yang bermanfaat bagi manusia. Berbagai kandungan
yang diketahui di antaranya saponin dan flavonoida( berupa asam klorogenat,
asam kafeat, asam p-kumarat, asam p-hidroksibenzoat, dan asam vanilat). Di
samping kandungan tersebut, daun dewa juga mengandung alkaloida.
2.2.2 Efek farmakologi
Secara
tradisional daun dewa telah banyak digunakan sebagai antikanker. Beberapa
penelitian eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak Gynura procumbens mampu menghambat
pertumbuhan tumor pada mencit (tikus) karena benzopirena. Metode yang digunakan
adalah metode new born mice. Anak
mencit yang baru lahir disuntik secara intraperitonial dengan bahan yang
bersifat karsinogen, yaitu benzopiren pada
hari pertama, ke-8, dan ke-15 setelah kelahiran. Pemberian daun dewa
dimulai saat mencit berumur 8 minggu dan pemeriksaan nodul paru dimulai setelah
mencit berumur 6 bulan. Pemeriksaan hispatologi terhadap beberapa organ juga
dilakukan dan sebagai data pendukung dilakukan pula uji antimutagenesis
terhadap Salmonella typhymurium JCM 6977. Hasil yang diperoleh adalah ekstrak
etanol Gynura pseudochina memiliki efek penghambatan pertumbuhan tumor paru
oleh benzopiren, terbukti dengan lebih sedikitnya jumlah nodul dalam kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok control (Sugianto,dkk.,1997).
Bagian daun dari
daun dewa dapat digunakan untuk mengatasi demam. Ini sesuai dengan penelitian
yang menyatakan bahwa pemberian infuse daun dewa sebanyak 8ml/kg BB dengan
konsentrasi 5%,10%,dan15% b/v per oral (berat/volume, misalnya infuse daun dewa
5% b/v berarti 5 gram daun dewa dalam 100 ml infuse ) pada marmut yang dibuat
demam dapat memberikan pengaruh sebagai antipiretik. Dalam penelitian ini
digunakan pembanding parasetamol (Marmuwati, Jurusan Farmasi FMIPA unhas,1993).
Sebagai penurun kadar gula darah (kencing manis),
Nurul Hidayah dari Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia (1991), telah
melakukan penelitian yang hasilnya adalah pemeberian sari daun dewa dengan
dosis setara 100 mg daun/100 gram berat badan (BB) tikus dapat menurunkan kadar
glukosa darah 1 jam setelah perlakuan.
Sementara itu, Pujiastuti dan kawan-kawan telah melakukan penelitian tentang
khasiat daun dewa yang dapat memberikan
efek analgesik (mengatasi rasa nyeri ) lebih baik dibandingkan sengan asetosal.
Penelitian dilakukan dengan cara member sari daun dewa segar kepada mencit
dengan dosis 0,01 ml/10 g BB yang diberikan secara oral (diminum).
Dosis 2,32 mg/0,2 ml dan 4,64mg/0,2 ml dari ekstrak
heksan daun dewa yang diberikan secara intraneoplasma pada mencit yang
diinduksi dengan zat yang bersifat karsinogen, yakni benzopirena, mampu
menghambat pertumbuhan kanker. Hal ini juga didukung dengan data histipatologi
yang menunjukkan adanya nekrosis dari sel-sel kanker (Sukardiman,IGP Santa, dan
N. Wied Aris R.K, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga).
2.2.3 Budi daya dan pasca panen
daun dewa
Budi daya tanaman obat, termasuk daun dewa dilakukan
untuk tujuan melestarikan lingkungan hidup dan untuk memenuhi bahan baku obat
tradisional. Untuk keperluan tersebut perlu diperhatikan kualitas produk bahan
baku yang dihasilkan dan keaslian varietas tanaman. Dalam budi daya tanaman
obat, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Setiap tahap mempunyai cirri
tersendiri dan memerlukan perhatian khusus. Selain itu, lingkungan tumbuh
merupakan factor yang cukup penting karena berkaitan dengan peningkatan produksi
tanaman, biaya produksi, dan sifat genetic dari tanaman yang dapat
dipertahankan. Berkaitan dengan lingkungan , iklim dan tanah merupakan factor
yang memungkinkan tanaman dapat berkembang secara baik. Masalah penanganan
pascapanen juga ikut berperan dalam menentukan mutu atau kualitas bahan atau
simplisia yang dihasilkan.
2.2.3.1 Lokasi tanam
Daun
dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl
(dari permukaan laut). Di dataran tinggi, daun dewa bisa berbunga dengan warna
kuning, tetapi jika ditanam di dataran rendah jarang yang berbunga. Di samping
itu, daun dewa tumbuh di daerah yang beriklim sedang sampai basah dengan curah
hujan antara 1.500-3.500 mm/ tahun dengan tanah yang agak lembab sampai lembab
dan subur.
2.2.3.2 Persiapan lahan
Lahan
yang akan ditanami bisa disiapkan dengan membuat bedengan-bedengan selebar 2 m
dan panjangnya disesuaikan dengan lahan. Di bedengan tersebut dibuat lubang
tanam dengan ukuran sekitar 20x20x20 cm.
2.2.3.3 Pembibitan
Memperbanyak tanaman daun dewa sangat mudah dilakukan,
yakni dengan cara stek cabang sekunder, umbi, atau tunas anakan. Penyiraman
harus dilakukan setiap hari. Lama persemaian sekitar 3 bulan.
a.
Penanaman
Penanaman daun dewa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.
Umbi tanaman bisa
langsung ditanam. Dalam beberapa hari, di atas umbi akan tumbuh anakan.
2.
Jika tingginya
sudah mencapai 15-20 cm, anakan bisa dipisahkan dari umbinya, selanjutnya
anakan tanpa akar tersebut dapat di tanam kembali.
3.
Jika tanaman sudah
tua, dari atas tanaman timbul tangkai-tangkai anakan. Jika tingginya sudah
mencapai 15 cm, dipotong dan ditanam kembali.
4.
Daun dewa
sebaiknya ditanam di tempat yang agak teduh (idealnya mendapat 60% sinar
matahari), dengan menggunakan penaung berupa paranet. Hal ini dilakukan agar
tidak menghasilkan daun yang keras.
b.
Pemupukan
Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk organic, berupa
pupuk kandang atau kompos. Pupuk tersebut diberikan sekitar 5 gram untuk setiap
tanaman. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman dengan cara diaduk dengan
tanah di dalam lubang tanam. Pemupukan selanjutnya dapat menggunakan pupuk daun
jika tanaman tampak kekurangan unsure hara, yakni jika tampak kurus dan daun
berwarna kekuningan.
c.
Perawatan Tanaman
Penyiraman sangat memegang peranan penting terhadap
penampilan daun. Jika kekurangan air, daunnya kecil-kecil dan tebal, sedangkan
jika cukup mendapat air, daunya lebar dan panjang. Karena itu, penyiraman dalam
jumlah yang cukup harus secara rutin setiap hari.
d.
Penanggulangan
Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang daun dewa addalah ulat jengkal( Nyctemera coleta) dan
kumbang Psylliodes sp. Ulat jengkal memakan daun sampai habis dan yang tersisa
hanya tulang daun. Sementara itu, serangan kumbang mengakibatkan daun menjadi
berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama tersebut harus dilakukan
pemangkasan daun-daun yang rusak, berlubang-lubang, dan daun yang menyentuh
tanah. Jika terjadi ledakan hama, perlu digunakan insektisida sintetis, seperti
Dikhlorvos atau Fentrotion dengan dosis 1 ml atau 1 gram per liter sebanyak 4-5
helai kea rah pucuk.
e.
Panen
Panen pertama dapat dilakukan saat tanaman berumur
sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun
sebanyak 4-5 helai daun kearah puncak. Di batang bekas pangkasan akan tumbuh
tunas –tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap.
2.2.4 khasiat
daun dewa
Sebagai tanaman obat, daun dewa berkhasiat mengobati beberapa penyakit
selain kanker. Untuk pengobatan, daun dewa dapat diminum tanpa campuran
bahan-bahan lain atau diramu dengan bahan lain, seperti temulawak, benalu teh,
dan daun deruju sesuai dengan tujuan pengobatan. Di samping dikonsumsi dalam
bentuk ramuan, daun dewa bisa juga dikonsumsi dalam bentuk makanan atau
minuman, misalnya untuk lalapan atau dibuat urap-urap. Namun, harus
diperhatikan , jika mengkonsumsi dalam bentuk makanan , jumlahnya harus sesuai
dengan kebutuhan, apalagi bagi orang yang tidak menderita penyakit, karena baik
daun dewa adalah tumbuhan yang berkhasiat obat.
Khasiat daun dewa banyak ditemukan di daerah Asia Tenggara. Biasanya
digunakan untuk mengobati demam, rash, atau ruam di kulit, dan kelainan ginjal.
Akhir-akhir ini tanaman tersebut banyak dimanfaatkan untuk mengontrol penyakit
kencing manis dan hiperlipidema atau kadar kolesterol tinggi. Berdasarkan
pengalaman, daun dewa ternyata dapat mengatasi beberapa jenis penyakit dan
gangguan kesehatan sebagai berikut :
1.
Kanker dan tumor
Kanker adalah suatu penyakit akibat terjadinya
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak
terkendali. Jika tidak diobati, sel kanker akan terus berkembang dan menyusup,
baik ke jaringan sekitarnya (invasive) maupun ke tempat yang lebih jauh melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Akibatnya, tumbuh kanker baru di
tempat lain, hingga menyebabkan kematian penderita.
Tumor adalah istilah umum yang digunakan untuk segala
pembengkakan atau benjolan yang disebabkan oleh apa pun, baik pertumbuhan
jaringan baru maupun adanya pengumpulan cairan, seperti kista atau benjolan
yang berisi darah akibat benturan. Karena itu, ada istilah tumor jinak (benigna,benign) dan tumor ganas (
maligna,malignant ) yang berarti kanker. Tumor jinak tumbuhnya lambat,
setempat (local), tidak menyebar ke bagian yang lain dari tubuh, serta jarang
mengganggu kesehatan.
2.
Prostat
Kelenjar prostat adalah bagian penting dari system
reproduksi laki-laki. Kelenjar prostat sebenarnya bukan kelenjar, melainkan
merupakan organ yang terdiri dari sekitar 70% jaringan kelenjar dan 30%
jaringan fibromuskular. Pada laki-laki dewasa, ukurannya adalah sebesar kacang
kenari dan berbobot sekitar 20 gram. Prostat terletak tepat di bawah kandung kencing
dan didepan rectum dan diselimuti kapal berserat ynag tebal.
Umumnya, ukuran prostat konstan atau tetap selamat 30
tahun setelah pubertas. Pada beberapa laki-laki , prostat bahkan tidak
mengalami pertumbuhan lebih lanjut. Sayangnya, ini tidak dialami semua
laki-laki. Ada laki-laki menderita pembesaran prostat tetapi tidak ganas.
Secara medis, pembesara ini disebut dengan pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia atau BPH).
Pembesaran prostat ini dapat menghalangi pengeluaran urin dari kandung kemih,
sehingga penderita mengalami kesulitan buang air kecil. Hal ini menyebabkan
jumlah urin dalam kandung kemih berlebihan dan menimbulkan peradangan sehingga
timbul rasa nyeri, panas, atau bahkan mengeluarkan darah sewaktu kencing.
3.
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi
Tekanan darah dianggap normal jika mempunyai tekanan
antara 100-140 mm Hg untuk tekanan sistolik dan 60-90 mm Hg untuk tekanan
diastolic. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan jantung saat memompa darah ke
seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolikadalah tekanan jantung saat tidak
memompakan darah ke seluruh tubuh (istirahat memompa).
Hipertensi sebetulnya merupakan akibat dari kerja
keras jantung untuk dapat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Juka saluran
darah di jaringan seluruh tubuh sudah mengalami penebalan dan pengurangan
elastisitas, system dalam tubuh berupaya menaikkan tekanan jantung agar
distribusi darah dapat berjalan normal. Hal ini dapat menimbulkan jantung mudah
lelah sehingga fungsinya sebagai alat pompa darah akan menurun.
4.
Kencing manis
Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis
disebabkan menurunnya produksi hormone insulin oleh kelenjar pancreas.
Akibatnya, seluruh gula yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara
sempurna menjadi tenaga. Hal ini menyebabkan kandungan di dalam darah
meningkat. Kondisi seperti ini mengakibatkan penderita merasa lesu, selalu
merasa haus, lapar, sering buang air kecil, dan penglihatan kabur. Penyakit
diametes mellitus dapat dialami setiap orang sebagai akibat dari kelainan di kelenjar
pancreas atau kelebihan berat badan. Kedua hal tersebut sangat erat kaitannya
dengan proses metabolisme dalam tubuh.
5.
Penyakit lain
Beberapa penyakit lain yang bisa diatasi dengan daun
dewa diantaranya masuk angin, luka bakar dan luka teriris, bisul, koreng,
kutil, cantengan, serta akibat digigit binatang berbisa.
2.2.4.1 Ramuan Daun Dewa untuk Pengobatan
1. tumor dan
kanker
Bahan-bahan :
Daun dewa segar 2 lembar, benalu the 5 gram, temulawak segar 25 gram, dan air 2
gelas.
Cara Pembuatan :
·
Setelah dicuci
bersih, daun dewa dan temulawak diiris tipis-tipis.
·
Kedua bahan
dicampur benalu the dan ditambah 2 gelas air, kemudian direbus hingga mendidih.
·
Pemanasan
dilanjutkan, sambil sesekali diaduk hingga diperoleh 1 gelas cairan.
·
Cairan
didinginkan, kemudian disaring.
Aturan Pemakaian : Diminum 2
kali sehari, masing-masing ½ gelas.
2. Kencing manis
Bahan : Daun dewa 10 lembar
dan air 2 gelas
Cara Pembuatan :
·
Daun dewa dicuci
bersih, kemudian diranjang, selanjutnya ditambah 2 gelas air dan direbus hingga
mendidih.
·
Pemanasan
dilanjutkan hingga diperoleh 1 gelas cairan.
·
Cairan didinginkan
, kemudian disaring
Aturan Pemakaian : Ramuan
diminum 2 kali sehari, masing-masing ½ gelas.
3. Hipertensi
Bahan, takaran, cara pembuatan
ramuan , dan aturan pemakaian ramuan sama dengan ramuan untuk kencing manis.
4.
Masuk angin
Umbi daun dewa sebanyak 6-9 gram dibersihkan , dicuci,
ditambah air 1 gelas, dan direbus sampai mendidih hingga diperoleh ½ gelas
cairan. Cairan diminum sekaligus saat badan terasa tidak enak atau terserang
masuk angin.
5.
Luka Bakar dan
Luka Teriris
Setelah dicuci bersih, umbi daun dewa dipipis atau
dihaluskan menggunakan cobek. Ditambahkan daging atau lendir lidah buaya,
kemudian dilumatkan sampai rata, hingga menyerupai salep. Ramuan tersebut
dibalurkan di bagian tubuh yang sakit, lalu di balut.
6.
Kutil dan Kuku
Cantengan
Daun dewa segar secukupnya , dicuci bersih lalu
dipipis. Selanjutnya dibubuhkan di kutil atau bagian kuku yang terkena
cantengan, lalu di balut. Pengobatan dilakukan (diganti) 2 kali sehari.
7.
Bisul dan Koreng
Daun dewa dan daun cocor bebek segar dengan ukuran
yang sama banyak. Kedua bahan dicuci bersih dan dipipis. Ramuan ini ditempelkan
di bisul atau koreng yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan rebusan air
sirih, lalu dibalut.
8.
Digigit Binatang
Umbi daun dewa secukupnya ditumbuk sampai halus. Cara
pemakaiannya dibubuhkan di bagian tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu
dibalut.