Selasa, 24 April 2018

Tinjauan Pustaka Tablet


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tablet
1.    Definisi Tablet
    Tablet adalah  sediaan padat dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anief, 2008).
    Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat air bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi dan sifat anti lekat. Dibuat dengan cara mengempa serbuk dalam mesin tablet (Siregar, 2010).
    Menurut FI Edisi V tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet (Kemenkes RI, 2014).
a.       Komponen Tablet
1)      Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2)      Eksipien atau bahan tambahan
a)      Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat.
b)      Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada mass serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi.
c)      Bahan penghancur / pengembang (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan.
d)      Bahan pelicin (lubrikan) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempakan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
e)      Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk.
f)       Bahan penyalut (coating agent)  dilihat di atas pada jenis bahan penyalut.
3)      Ajuvan
a)      Bahan pewarna berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.
b)      Bahan pengaroma berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak (Siregar, 2010).
b.        Metode Pembuatan
1)      Granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding cara granulasi kering.
2)      Granulasi kering diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana.
3)      Cetak kempa, metode ini dilakukan apabila jumlah zat khasiat pertabletnya cukup untuk di cetak, mempunyai sifat alir yang baik free flowing (Siregar, 2010).

c. Evaluasi Tablet
   Untuk macam-macam evaluasi tablet KLIK DISINI

Evaluasi Tablet


a.       Evaluasi Tablet
1)      Keseragaman bobot
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Siregar, 2010).


2)      Uji Kerapuhan (Friability)
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Siregar, 2010).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Siregar, 2010).
3)      Uji Waktu Hancur 
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet (Siregar, 2010).



4)      Uji kekerasan tablet
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang   mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah hardness tester. Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Siregar, 2010).
5)      Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari Kalibrator yang bersangkutan, (Lachman dkk., 2008).

Laporan Kimia KLinik Glukosa Darah


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINK
PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Kimia Klinik)




  1. Praktikum ke            : 2
  2. Tanggal Praktikum   : 11 September 2017
  3. Tujuan Praktikum    : Menentukan kadar glukosa dalam darah dengan menggunakan metode enzimatik dan menginterpretasikan hasil serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.
  4. Landasan Teori         :
Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dL), kadar ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2001).
Semua sel dengan tiada hentinya mendapat glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer H. et al., 2009).
Proses ini disebut homeostasis glukosa. Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi. Kadar glukosa darah yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa. Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik yaitu insulin dan glukagon (Mayes, 2001).
Glukosa tebentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Joyce, 2007).  Glukosa adalah suatu gula enam karbon yang sederhana. Glukosa dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida (secara kimiawi terikat ke molekul gula lain) dan sebagai kanji polisakarida kompleks. Dalam mukosa usus halus, disakarida diuraikan menjadi monosakarida oleh enzim yang disebut disakaridase. Kanji diuraikan oleh amilase yang dikeluarkan oleh pankreas dan juga oleh kelenjar air liur. Gula diserap di usus dalam bentuk monosakarida (Irawan, 2007).
Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan yang tidak kuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Jika terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak mencukupi atau tidak berfungsi dengan baik (resisten) dan kondisi inilah yang disebut sebagai DM. Kadar gula darah puasa yang mencapai lebih dari 125 mg/dL biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes (Joyce, 2007).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Salah satu hasil pencernaan karbohidrat adalah glukosa. Setelah diserap oleh usus halus, glukosa akan segera masuk ke dalam darah. Dari darah, sebagian besar glukosa akan dibawa ke hati, dan sebagian kecil disimpan dalam otot (Sumardjo, 2006).
Glukosa yang terabsorbsi dalam usus halus ditransport ke hati melalui vena porta hepatica. Di dalam hati, glukosa disimpan dalam bentuk glikogen atau dilepas ke dalam darah untuk ditransport ke sel-sel lain. Glukosa dapat diubah menjadi lemak oleh hati dan jaringan adipose jika ada kelebihan glukosa (Sloan, 2004). Selain berperan sebagai sumber energi utama bagi tubuh, glukosa juga berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak (Irawan, 2007).
Glukosa dalam tubuh dapat berasal dari beberapa sumber. Pertama, glukosa berasal dari makanan yan berupa gula atau karbohidrat  yang kemudian dicerna menjadi glukosa dan gula sederhana lain. Kedua, glukosa disintesa dari sumber energi lain terutama oleh hati yang dikenal dengan gluconeogenesis. Ketiga, guloksa yang tersimpan dalam hati, otot, dan jaringan lain dalam bentuk glikogen (Irawan, 2007).
Proses metabolisme glukosa dibantu oleh beberapa hormon, terutama insulin. Insulin disintesis oleh sel ß Langerhans pankreas dan dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh jika dalam tubuh terjadi peningkatan kadar glukosa dengan cara membawa glukosa ke dalam hati, otot dan jaringan adipose (Irawan,2007).
Proses metabolisme glukosa yang terjadi sesaat setelah kita makan yaitu konsentrasi glukosa dalam darah akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan sel ß memproduksi hormon insulin sehingga konsentrasi insulin dalam darahpun akan meningkat. Selanjutnya, glukosa akan ditransport ke dalam sel. Di dalam sel, sebagian glukosa dimetabolisme, sedangkan sebagian lagi dibawa ke hati untuk dibentuk menjadi glikogen melalui proses yang bernama glikogenesis. Setelah proses tersebut, kadar glukosa dalam tubuh akan kembali menurun dan kembali menjadi normal (Irawan, 2007).
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah :
1.         Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut (Depkes RI, 1999).
2.         Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan (DepkesRI, 1999).
E.       Prinsip Percobaan :
Pemeriksaan menggunakan metode GOD-PAP adalah glukosa dalam sampel dioksidasi membentuk asam glukonat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida 4-Aminoatypirene dengan indikator fenol dikatalisis dengan POD membentuk quinonemin dan air.
            Reaksi :
Glukosa + O2 + H2O                            Asam glukonik +H2O2
                 2H2O2 + 4-Amino phenazone + phenol    quinomine + 4H2O

F.    Alat dan Bahan :
1.    Alat
No.
Nama Alat
Gambar
1.
Spektrofotometer
2.
Micro pipet (ukuran 10 μl dan 1000 μl)
3.
Tabung reaksi
4.
Tabung Ependrorf
5.
Kuvet
6.
Sentrifugator
7.
Timer
8.
Kapas Alkohol
9.
Tissue
10.
Spuit (3mL)










2.    Bahan
No.
Nama Bahan
Gambar
1.
Sampel Serum
2.
Reagen GOD-PAP
3.
Larutan Standar

Disiapkan larutan blanko, standar dan sampel seperti tertera pada tabel di bawah ini.
G.   Prosedur :

 

Ependorf/kuvet
Blanko
Standar
Sampel
Serum
-
-
10 µL
Standar
-
10 µL
-
Reagen
1000µL
1000 µL
1000 µL



Hitung konsentrasi / kadar glukosa dalam sampel.

Diukur absorban sampel  dan  standar, lalu dibaca  terhadap  reagen  blanko  dalam  waktu  kurang  dari  60 menit pada panjang gelombang 546 nm.
Dicampur dan diinkubasi selama 15 menit pada  suhu 27°C.
 










H.  Data Pengamatan :

No
Gambar
Keterangan
1
Hasil serum
2
Pengambilan serum dari tabung efendorf ke tabung reaksi menggunakan mikropipet
3
Memasukan serum dari tabung reaksi ke kuvet
4
Serum di kuvet yang akan dianalisis
5
Hasil analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Absorbansi sampel 1 = 0,102
Absorbansi sampel 2 = 0,106







I.         Perhitungan :
Sampel 1 =  x konsentrasi standar
     =  x 100 mg/dL
     = 43,965 mg/dL

Sampel 2 =  x konsentrasi standar
     =  x 100 mg/dL
     = 45,689 mg/dL

Rata-rata kadar glukosa =
                           =
                           =
                           = 44,827 mg/dL


Pembahasan
Untuk Pembahasan KLIK DISINI