LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II
ANALGETIK ANTIPIRETIK
(Penentuan
Kadar Parasetamol dalam Sediaan Serbuk dengan
Metode
Spektrofotometri UV-Vis)
A.
Tujuan
Praktikum
Untuk menentukan kadar parasetamol
dalam sampel berupa serbuk dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis.
B.
Metode
Analisis
Penentuan kadar parasetamol
dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis karena pada struktur parasetamol
terdapat gugus kromofor berupa benzene yang mampu menyerap sinar UV.
C.
Prinsip
Percobaan
Prinsip dari metode
Spektrofotometri UV-Vis berdasarkan adanya penyerapan radiasi elektromagnetik
oleh gugus kromofor pada struktur parasetamol. Interaksi tersebut menyebabkan
perpindahan energi dari sinar radiasi ke gugus tersebut dan terbentuk nilai absorbansi.
Penentuan kadar parasetamol ini dilakukan dengan menggunakan pelarut NaOH 0,1 N
dan pada panjang gelombang 255 nm.
D.
Dasar
Teori
Parasetamol (asetaminofen)
merupakan salah satu obat analgesik-antipiretik yang sangat populer.
Parasetamol dapat tersedia dalam berbagai macam sediaan tablet, kapsul, sirup,
eliksir, suspensi dan supositoria. Parasetamol pada umumnya diberikan dalam
bentuk tablet yang mengandung 500 mg bahan aktif. Parasetamol juga sering
dikombinasikan dengan bahan obat lain dalam satu formulasi (Sudjadi, 2015).
Parasetamol dapat ditetapkan
kadarnya dengan cara titrimetri dengan metode diazotasi, spektrofotometri (baik
UV maupun dengan cara spektrofotometri visibel) dan dengan teknik berdasarkan
kromatografi (Sudjadi, 2015).
Analisis kuantitatif adalah
analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen
atau spesies yang ada di dalam sampel. Ilmu kimia farmasi analisis kuantitatif
dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai metode dan prosedur kimia
analisis kuantitatif untuk melakukan analisis secara kuantitatif terhadap
bahan-bahan atau sediaan yang digunakan dalam farmasi, obat dalam jaringan
tubuh, dan sebagainya (Gandjar, 2015).
Aspek
kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis yaitu, suatu berkas radiasi
dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang
diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan
dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar
yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lainnya. Serapan dapat terjadi
jika foton/radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama dengan
energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga (Gandjar,
2015).
E.
Monografi
Bahan
1. Parasetamol
(Farmakope Indonesia Edisi V, hal 998)
Nama :
Parasetamol / Acetaminophen
BM :
151, 16
Pemerian :
Serbuk hablur, putih, tidak berbau, dan rasa sedikit pahit
Kelarutan :
Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida
1N, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik
2. Natrium
Hidroksida (Farmakope Indonesia Edisi V, hal 911)
Nama : Natrium Hidroksida/Sodium
Hydroxide
BM : 40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, keras,
rapuh dan menunjukkan
pecahan hablur. Jika terpapar udara akan cepat menyerap
karbon dioksida dan lembab. Massa melebur, berbentuk pelet kecil, serpihan atau
batang atau bentuk lain.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
F.
Alat
dan Bahan
Alat
|
|
-
Neraca Analitik
|
-
Batang pengaduk
|
-
Tabung sentrifugasi
|
-
Pipet volume
|
-
Sentrifugasi
|
-
Corong
|
-
Vortex
|
-
Ball pipet
|
-
Labu ukur
|
-
Kaca arloji
|
-
Gelas kimia
|
-
Mikropipet dan tip
|
-
Kuvet
|
-
Spektrofotometer
UV-Vis
|
Bahan
|
-
Sampel
|
-
NaOH 0,1 N
|
-
Aquadest
|
-
Parasetamol p.a
|
-
FeCl3
|
G.
Prosedur
Kerja
1. Isolasi
Parasetamol dari sediaan serbuk
2. Pembuatan
Kurva Kalibrasi
3. Penentuan
kadar sampel 7A
H.
Data
Hasil Pengamatan dan Kurva Kalibrasi
1. Nilai
Absorbansi dari Hasil Pengenceran Larutan Baku Standar Parasetamol
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
|
2
|
0,194
|
4
|
0,388
|
6
|
0,567
|
8
|
0,698
|
10
|
0,834
|
Didapatkan panjang
gelombang maksimal : 255 nm
2. Kurva
Kalibrasi Larutan Standar Parasetamol
3. Nilai
Absorbansi Sampel
0,219
I.
Perhitungan
1. Pembuatan
Larutan Standar Parasetamol
1) Larutan
induk parasetamol 500 ppm dalam 100 mL
2) Pengenceran
Larutan Standar dari 500 ppm
a. 2
ppm
b. 4
ppm
c. 6
ppm
d. 8
ppm
e. 10
ppm
3) Faktor
Pengenceran Larutan Sampel
Isolat di add 50 mL dengan NaOH 0,1 N
↓ Diambil 0,035 mL
Dilarutkan dalam 50 mL
Tingkat Pengenceran 1428 x Pengenceran
2. Penentuan
Kadar Sampel
Dari
data absorbansi tiap pengenceran larutan baku standar Parasetamol dibuat kurva
kalibrasi dan didapatkan persamaan regresinya yaitu :
y
= bx + a
Kadar dalam 50 mL :
% Kadar
J.
Pembahasan
Penetapan
kadar parasetamol dalam bentuk sediaan serbuk dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Metode ini dipilih karena pada struktur parasetamol
terdapat gugus kromofor dan gugus ausokrom yang dapat menyerap radiasi
elektromagnetik dan menghasilkan nilai absorbansi.
Sebelum
melakukan penetapan kadar parasetamol, dilakukan isolasi terlebih dahulu untuk
memisahkan analit parasetamol dengan matriks. Dalam isolasi parasetamol
digunakan pelarut NaOH. Dalam tahap isolasi ini digunakakan vortex untuk
meningkatkan kelarutan analit sampel terhadap NaOH karena pada proses ini
terjadi pertumbukan antar partikel sehingga memperbesar ukuran partikel dan
menyebabkan analit menjadi lebih larut. Sedangkan sentrifugasi dilakukan untuk
memisahkan pelarut dengan padatan matriks yang tidak saling bercampur dengan
adanya gaya sentrifugasi yang menyebabkan partikel-partikel menuju dinding
tabung dan terakumulasi membentuk endapan.
Larutan
supernatan yang diperoleh diuji kualitatif untuk mengetahui apakah larutan
tersebut mengandung analit parasetamol. Uji tersebut dilakukan dengan FeCl3
dan positif adanya parasetamol ditandai dengan terbentuknya warna biru. Warna
biru tersebut merupakan senyawa kompleks yang terbentuk karena reaksi
antara gugus fenol pada parasetamol
dengan ion logam Fe3+.
Sebelum
dilakukan penetapan kadar sampel, dilakukan terlebih dahulu penentuan panjang
gelombang maksimal menggunakan larutan standar parasetamol dengan membuat kurva
kalibrasi yaitu hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi. Dari hasil
percobaan tersebut didapatkan panjang gelombang maksimal yaitu 255 nm.
Sedangakan berdasarkan literatur panjang gelombang maksimal parasetamol dalam
pelarut basa adalah 257 nm. Sehingga panjang gelombang dalam penetapan kadar
sampel parasetamol menggunakan panjang gelombang 255 nm. Selain penentuan
panjang gelombang, dilakukan pula base
line terhadap blanko agar pelarut NaOH pada larutan sampel tidak ikut
terbaca pada saat pembacaan panjang gelombang maupun absorbansi.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari kurva kalibrasi terbentuk hasil berupa garis lurus
dengan persamaan garis y = 0,0795x + 0,0592. Dari data tersebut dapat terlihat
bahwa semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansi semakin meningkat.
Setelah
didapatkan kurva kalibrasi, dilakukan pengukuran absorbansi terhadap sampel
parasetamol yang telah dilarutkan sebanyak 50 mL, tetapi nilai absorbansi yang
dihasilkan terlalu besar yaitu lebih dari ketentuan, maka dilakukanlah
pengenceran sebanyak 1428x dan diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,219.
Dari
data yang telah didapatkan kemudian diolah menggunakan persamaan garis regresi
linear dan didapatkan konsentrasi sebesar 2870,4228 ppm yang setara dengan
dalam 50 mL larutan sampel parasetamol, dan menunjukan bahwa kadar parasetamol
dalam sampel adalah sebesar 7,18%.
K.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa kadar parasetamol dapat ditentukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Dari hasil penentuan kadar parasetamol dalam sediaan
serbuk tersebut diperoleh kadar parasetamol dalam sampel no 7A adalah sebesar
7,18%.
L.
Daftar
Pustaka
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia
Edisi V. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman.
2012. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2015. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
2 komentar:
Gambarnya ga keliatan😩
Gambarnya kak ga keliatan 😭
Posting Komentar