Selasa, 24 April 2018

Pembahasan Glukosa Darah


Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar glukosa darah terhadap serum. Tujuan praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah dengan metode enzimatik dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.
Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara enzimatik, tidak lagi dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya zat-zat lain yang akan memberikan hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD- PAP (Glukosa Oksidase Para Amino Phenazone) dan cara Strip. Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki kelebihan, yaitu : presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu). Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen, pemeliharaan alat dan reagen dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui, hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan mudah dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus. Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid, bilirubin dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar glukosa.
Sampel yang diambil pada percobaan kali ini merupakan gula darah sewaktu. Karena relawan tidak diperintahkan untuk melakukan puasa terlebih dahulu atau pun diberi perlakuan khusus. Adapun bagian darah yang diambil yaitu bagian serumnya. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam konsentrasi yang konstan yaitu antara 70 – 100 mg/dL darah. Para penderita diabetes memiliki jumlah glukosa darah lebih besar dari  130 mg/dL. Diabetes sendiri terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin -hormon yang memberikan sinyal agar gula darah dalam tubuh diubah menjadi glikogen yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin (Adnan, 2013).
Dalam percobaan pengukuran kadar glukosa darah ini dilakukan beberapa tahap. Tahap awal yaitu pencampuran serum dengan reagen GOD-PAP. Setelah tercampur lalu diinkubasi pada suhu ruang ±25°C selama 15 menit, lalu diukur nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV – Vis. Namun sebelum pengukuran sampel, dilakukan pengukuran terhadap larutan  standard dan larutan blanko dengan instrumen spektrofotometer UV – Vis sebanyak dua kali dengan panjang gelombang ( λ ) 546 nm. Kemudian nanti akan didapatkan data berupa nilai absorbansi.
Setelah semua pengujian dilakukan didapat hasilnya untuk larutan standard pertama adalah 0,208 nm dan yang kedua adalah 0,256 nm. Kemudian untuk sampel pertama didapat absorbansi sebesar 0,102 nm dan yang keduanya 0,106 nm. Lalu dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil kadar glukosa darah dari relawan tersebut sebesar 44,827 mg/dL. Kadar glukosa darah tersebut berada dibawah kadar normal sehingga dapat dikatakan hipoglikemia. Hipoglikemia adalah komplikasi akut diabetes melitus yang seringkali terjadi secara berulang yang ditandai dengan gula darah kurang dari 70 mg/dL. Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
1.    Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas.
2.    Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
3.    Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukkan glukosa di hati.
Namun hasil yang diperoleh dari pengukuran glukosa darah tersebut tampaknya kurang akurat. Karena relawan menunjukkan aktivitas seperti yang dilakukan orang sehat pada umumnya, tidak menunjukkan bahwa relawan mengalami hipoglikemia. Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran kadar glukosa darah dengan metode GOD – PAP ini adalah peralaatan pengukuran yang digunakan. Juga terhadap waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.

K.  Kesimpulan :
Dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa relawan memiliki kadar glukosa darah sebesar 44,827 mg/dL. Kadar tersebut tidak sesuai dengan kadar glukosa normal. Pasien dapat diduga mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah berada dibawah atau kurang dari 70 mg/dL.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Mulyati, T., Isworo, J.T. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 2, Nomor 1.
Cranmer H., Shannon M., 2009. Hypoglycemia. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Irawan, M.Anwari. (2007). Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sport Science & Performance Lab., 01(06), 2-4.
Kee, Joyce LeFever. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6. Jakarta: EGC.
Mayes. P.A., Robert K., Murray, daryl.K., Granner, Victor W., Redwell, 2001. Biokimia Harper. Diterjemahkan oleh dr. Andry Hartono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. (2004). Alih Bahasa James Veldman. Anatomi dan Fisiologi. Ed. 1. Jakarta: EGC Kedokteran.

Tidak ada komentar: