Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar glukosa
darah terhadap serum. Tujuan praktikum ini dilakukan untuk menentukan kadar
glukosa dalam darah dengan metode enzimatik dan menginterpretasikan hasil yang
diperoleh serta menghubungkan dengan keadaan patologi klinik.
Pemeriksaan kadar glukosa sekarang sudah diisyaratkan dengan cara
enzimatik, tidak lagi dengan prinsip reduksi untuk menghindari ikut terukurnya
zat-zat lain yang akan memberikan hasil tinggi palsu. Cara enzimatik dapat
dilakukan dengan cara otomatis seperti dengan GOD- PAP (Glukosa Oksidase Para
Amino Phenazone) dan cara Strip. Pemeriksaan dengan metode GOD-PAP memiliki
kelebihan, yaitu : presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, relatif bebas dari
gangguan (kadar hematokrit, vitamin C, lipid, volume sampel, dan suhu).
Sedangkan kekurangannya adalah memiliki ketergantungan pada reagen,
pemeliharaan alat dan reagen dan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Sedangkan
pada cara strip memiliki kelebihan hasil pemeriksaan dapat segera diketahui,
hanya butuh sampel sedikit, tidak membutuhkan reagen khusus, praktis dan mudah
dipergunakan jadi dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa butuh keahlian khusus.
Kekurangannya adalah akurasinya belum diketahui, dan memiliki keterbatasan yang
dipengaruhi oleh kadar hematokrit, interfensi zat lain (Vitamin C, lipid,
bilirubin dan hemoglobin), suhu, volume sampel yang kurang, dan strip bukan
untuk menegakkan diagnosa klinis melainkan hanya untuk pemantauan kadar
glukosa.
Sampel
yang diambil pada percobaan kali ini merupakan gula darah sewaktu. Karena
relawan tidak diperintahkan untuk melakukan puasa terlebih dahulu atau pun
diberi perlakuan khusus. Adapun bagian darah yang diambil yaitu bagian
serumnya. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga
serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap.
Darah manusia normal mengandung glukosa dalam konsentrasi yang konstan
yaitu antara 70 – 100 mg/dL darah. Para penderita diabetes memiliki jumlah
glukosa darah lebih besar dari 130
mg/dL. Diabetes sendiri terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin -hormon
yang memberikan sinyal agar gula darah dalam tubuh diubah menjadi glikogen yang
cukup untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak
memberikan respon yang tepat terhadap insulin (Adnan, 2013).
Dalam percobaan pengukuran kadar glukosa darah ini dilakukan beberapa
tahap. Tahap awal yaitu pencampuran serum dengan reagen GOD-PAP. Setelah
tercampur lalu diinkubasi pada suhu ruang ±25°C selama 15 menit, lalu diukur
nilai absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV – Vis. Namun sebelum
pengukuran sampel, dilakukan pengukuran terhadap larutan standard dan
larutan blanko dengan instrumen spektrofotometer UV – Vis sebanyak dua kali
dengan panjang gelombang ( λ ) 546 nm. Kemudian nanti akan didapatkan data
berupa nilai absorbansi.
Setelah semua pengujian dilakukan didapat hasilnya untuk larutan
standard pertama adalah 0,208 nm dan yang kedua adalah 0,256 nm. Kemudian
untuk sampel pertama didapat absorbansi sebesar 0,102 nm dan yang keduanya
0,106 nm. Lalu dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil kadar glukosa
darah dari relawan tersebut sebesar 44,827 mg/dL. Kadar glukosa darah tersebut berada
dibawah kadar normal sehingga dapat dikatakan hipoglikemia. Hipoglikemia adalah
komplikasi akut diabetes melitus yang seringkali terjadi secara berulang yang
ditandai dengan gula darah kurang dari 70 mg/dL. Hipoglikemia bisa disebabkan
oleh:
1.
Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas.
2.
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.
3.
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau
pembentukkan glukosa di hati.
Namun hasil yang diperoleh dari pengukuran glukosa darah tersebut
tampaknya kurang akurat. Karena relawan menunjukkan aktivitas seperti yang
dilakukan orang sehat pada umumnya, tidak menunjukkan bahwa relawan mengalami
hipoglikemia. Kesalahan yang mungkin terjadi pada pengukuran kadar glukosa
darah dengan metode GOD – PAP ini adalah peralaatan pengukuran yang digunakan.
Juga terhadap waktu dan suhu inkubasi yang kurang tepat.
K. Kesimpulan :
Dari hasil
praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa relawan memiliki kadar glukosa darah
sebesar 44,827 mg/dL. Kadar tersebut tidak sesuai dengan kadar glukosa normal. Pasien dapat
diduga mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah berada dibawah atau
kurang dari 70 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M.,
Mulyati, T., Isworo, J.T. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah
Semarang. Volume 2, Nomor 1.
Cranmer H., Shannon M., 2009. Hypoglycemia. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Irawan, M.Anwari. (2007). Glukosa
dan Metabolisme Energi. Polton Sport Science & Performance Lab., 01(06),
2-4.
Kee, Joyce LeFever. (2007). Pedoman
Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6. Jakarta: EGC.
Mayes. P.A., Robert K., Murray, daryl.K., Granner, Victor W., Redwell,
2001. Biokimia Harper. Diterjemahkan oleh dr. Andry Hartono. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. (2004). Alih Bahasa James Veldman. Anatomi dan Fisiologi. Ed. 1. Jakarta: EGC Kedokteran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar