Rabu, 11 April 2018

Laporan Ibuprofen Metode Asam Basa Tidak Langsung


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II
PENETAPAN KADAR IBUPROFEN
MENGGUNAKAN METODE TITRASI ASAM BASA
TIDAK LANGSUNG
A.           Tujuan Percobaan :   
-                 Mengetahui cara isolasi ibuprofen.
-                 Dapat menentukan kadar ibuprofen tdalam sediaan farmasi menggunakan titrasi asam basa secara tidak langsung.

B.            Nomor Sampel : 11B  

C.           Metode Analisis          
Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif ini adalah metode titrasi asam basa (alkalimetri). Hal ini karena ibuprofen merupakan asam lemah yang dapat dititrasi dengan basa kuat (NaOH) yang akan membentuk garam.

D.           Prinsip Dasar
Netralisasi asam dan basa menghasilkan garam dan air, melibatkan reaksi antara asam dan basa sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang dititrasi. Reaksi asam basa dapat berupa asam kuat atau asam lemah dengan basa kuat atau basa lemah.

E.            Landasan Teori
Ibuprofen merupakan obat anti radang non steroid turunan asam arilasetat yang mempunyai aktivitas antiradang dan analgesik yang tinggi, terutama digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan arhritis. Ibu propfen dapat menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna, diabsorpsi cepat dalam saluran cerna, kadar seum tertinggi dalam 1-2 jam setelah pemberian obat, dengan waktu paruh 1,8-2 jam.




Rumus bangun dari ibuprofen adalah sebagai berikut:
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/95/Ibuprofen-Enantiomere_Strukturformeln.png
Pemerian : Berupa serbuk hablur putih hingga hampir putih, berbau khas lemah. Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, methanol, aseton dan dalam kloroform, sukar larut dalam etil asetat, disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi.
Volumetri adalah suatu metode analisis kimia kuantitatif yang digunakan untuk menentukan kadar analit dengan menggunakan larutan pereaksi yang konsentrasinya diketahui. pada umumnya metode volumetri disebut metode titrasi dan pereaksinya disebut pentitrasi. pereaksi harus bereaksi stoikiometri dengan analit dan kadar zat dihitung dari volume pereaksi yang bereaksi ekivalen dengan analit.
Untuk dapat dilakukan analisis volumetri harus dipenuhi syarat-syarat berikut:
1.             harus ada suatu reaksi yang sederhana, yang dapat dinyatakan dengan suatu persamaan kimia, zat yang akan ditetapkan harus bereaksi lengkap dengan reagensia dalam proporsi yang stoikiometri atau ekivalen.
2.             reaksi harus praktis dan berjalan dengan sangat cepat, dalam beberapa keadaan penambahan katalis akan menaikan kecepatan reaksi.
3.             harus tersedia indikator yang dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi.
Berdasarkan reaksi kimianya, vulometri dapat dikelompokkan atas:
1.             reaksi penetralan (asidimetri dan alkalimetri)
penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan prinsip netralisasi, bila sebagai titrasn digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut dinamakan asidimetri, sebaliknya bila larutan baku sebagai titran, maka penetapan itu disebut alkalimetri.
2.             reaksi pembentukan kompleks
merupakan reaksi yang menghasilkan suatu kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit terdisosiasi.
3.             reaksi oksidasi reduksi (redoks)
reaksi-reaksi kimia yang menyangkut oksidasi-reduksi secara luas digunakan dalam analisa volumetri.
4.             Pengendapan
Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut larutan baku / larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi.
Berdasarkan pengertian titrasi, titrasi asam basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat peniter (zat penitrasi) suatu larutan asam. Titik akhir titrasi adalah kondisi pada saat terjadi perubahaan warna dari indikator. Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik ekuivalen bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator. Jika perubahan warna indikator terletak pada pH titik ekuivalen, titik akhir titrasi akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika pH perubahan warna indikator setelah penambahan larutan zat pentiter sedikit berlebih, titik akhir titrasi berbeda dengan titik ekuivalen.
Sentrifugasi merupakan suatu metode yang digunakan dalam pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel yang ada di dalam suatu bahan yang dipisahkan dari fluida oleh gaya sentrifugasi yang dikenakan pada partikel. Dalam penggunaan metode sentrifugasi ini terdapat sebuah alat yang penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah sentrifugase. Yang dimaksudkan agar segala bentuk proses pemisahan zat dapat dipercepat. Prinsip kerjanya yaitu dimana objek diputar secara horizontal pada jarak radial dari titik dimana dititik tersebut dikenekan gaya. Pada saat objek diputar, partikel-partikel yang ada akan berpisah dan berpencar sesuai berat jenis masing-masing partikel. Dengan gaya yang paling berperan adalah gaya sentrifugal. Dengan adanya teknik ini, proses pengendapan suatu bahan akan lebih cepat dan optimum dibandingkan dengan teknik biasa.
Cara pengoprasian alat sentrifugase ini sangat memperhatikan sistem konsentrasi yang ingin dimasukkan kedalam alat sentrifugasi dan kecepatan putar alat. Pengguna pertama kali memasukkan nilai konsentrasi (%) dari endapan yang diinginkan kemudian memasukkan nilai RPM (revolutions per minute)  kedalam alat sentrifugasi. Setelah semua selesai, maka alat sentrifugase secara otomatis akan berjalan. Yang sebelumnya akan mengeluarkan nilai waktu putar (t) sebelum alat berputar. Didalam mesin sentrifugase, terdapat suatu sensor yang digunakan untuk mengukur konsentrasi cairan yang  dihasilkan dari proses sentrifugasi.






F.             Alat dan Bahan
                     1.            Alat
a.     Timbangan
b.    Spatula
c.     Gelas kimia
d.    Tabung sentrifuga
e.     Buret, statif dan klem
f.      Erlenmeyer
g.    Gelas ukur, labu ukur 250 ml
h.    Pipet volum 5 ml, 10 ml
i.      Pump pipet
j.      Batang pengaduk
k.    Corong
l.      Kaki tiga, spirtus, kassa asbes
m.  Vortex

                     2.            Bahan
a.    Etanol 96%
b.    Pereaksi marquis
c.    Indikator Fenolftalein
d.    NaOH 0,1N
e.    Asam oksalat
f.     HCl 0,1N
g.    Natrium karbonat
h.    Sampel (Ibuprofen)






G.           Prosedur Percobaan
                     1.       Isolasi Ibuprofen (11B)


 



















Keterangan : Ulangi isolasi sampel sampai 5 kali hingga filtrat negatif ibuprofen




                     2.       Pembakuan NaOH 0,1 N


 



\


 










                     3.       Pembakuan HCl 0,1 N



 














                     4.       Pembakuan Etanol (Blanko)


 











                     5.       Penetapan Kadar Sampel (Ibuprofen No. 11B)


 


















H.           Data Hasil Pengamatan
1.      Pembakuan NaOH
Asam Oksalat
Volume NaOH
63 mg
9,85 mL
63 mg
9,9 mL
63 mg
9,85 mL
Rata-rata
9,87 mL

2.      Pembakuan HCl
Na.Karbonat
Volume HCl
60 mg
4,1 mL
60 mg
4,1 mL
60 mg
4,1 mL
Rata-rata
4,1 mL

3.      Titrasi Blangko
Volume Etanol
Volume HCl
10 mL
0,2 mL
10 mL
0,2 mL
10 mL
0,2 mL
Rata-rata
0,2 mL

4.      Titrasi Sampel
Volume Analit
NaOH berlebih
Volume HCl
10 mL
5 mL
1,2 mL
10 mL
5 mL
1,2 mL
10 mL
5 mL
1,2 mL
Rata-rata

1,2 mL


I.              Perhitungan
1.      Pembakuan NaOH

2.      Pembakuan HCl

3.      Penetapan Kadar Sampel
a)      Volume NaOH yang bereaksi dengan HCl
Mgrek NaOH = mgrek HCl
VNaOH . NNaOH  = VHCl . NHCl
 
VNaOH   = 1,399 mL

b)      Volume NaOH yang berikatan dengan analit
VNaOH Berlebih - VNaOH+HCl – VBlanko
5 mL – 1,399 mL – 0,2 mL = 3,4 mL

c)      Penetapan Kadar sampel
mgrek Analit    mgrek NaOH
VAnalit . NAnalit  = VNaOH . NNaOH
 
NAnalit   = 0,0344 N
d)      Penetapan gram analit
 
Gram = N . BE . V
Gram = 0,0344 . 206,28 . 0,05
Gram = 0,3548 gram

e)    % kadar analit =
= 15,77 %

J.             Pembahasan
Pada praktikum ini yaitu menetapkan kadar ibuprofen dimana ibuprofen termasuk analgetik antipiretik yaitu obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID. Ibuprofen ini merupakan senyawa yang bersifat asam lemah, sehingga untuk menentukan kadarnya digunakan metode titrasi asam basa tidak langsung, karena jika suatu garam yang terbentuk dari campuran asam lemah dan basa kuat  dengan  perbandingan mol yang sama dilarutkan dalam air, maka kation dari asam lemah dapat terhidrolisis sedangkan anion dari basa kuat tidak dapat terhidrolisis. Jadi, garam yang terbentuk dari campuran asam lemah dan basa kuat terhidrolisis sebagian. Sehingga titik akhir akan sulit ditentukan jika menggunakan metode titrasi langsung. 
Sebelum penetapan kadar, sampel terlebih dahulu diisolasi. Dimana sampel yang kami dapat yaitu berupa tablet yang sudah diserbukkan. Sampel diisolasi dengan menggunakan perlarut etanol karena berdasarkan kelarutan yang tertera pada farmakope V ibuprofen larut dalam etanol. Setelah di dapatkan analit yang telah diisolasi, selanjutnya analit tersebut di titrasi menggunakan NaOH secara titrasi tidak langsung.
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar ibuprofen dalam bentuk serbuk dengan metode titrasi asam basa alkalimetri. kenapa dipilih titrasi asam basa karena dilihat dari sifat ibuprofen yang merupakan asam lemah dan dari struktur dimana ibuprofen mengandung gugus OH maka dapat dititrasi dengan menggunakan larutan yang bersifat basa kuat. selain itu bila ditinjau dari harga pKa nya yang bernilai 4,4 ibuprofen dapat ditetapkan kadarnya secara alkalimetri, (British pharmacopoeia 2007), kadar ibuprofen dapat ditetapkan secara titrasi menggunakan larutan NaOH 0,1N dengan indikator fenolftalein. metode ini didasarkan pada perpindahan proton dari zat yang bersifat asam, fenolftalein adalah indikator dari golongan ftalein yang banyak digunakan dalam pelaksanaan pemeriksaan kimia, berupa hablur putih yang mempunyai kerangka lakton, indikator ini sukar larut dalam air, tapi dapat bereaksi dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang berwarna berdasarkan reaksi sebagai berikut:
Fenolphtalein tergolong asam yang sangat lemah dalam keadaan yang tidak terionisasi, indikator tersebut tidak berwarna, jika dalam lingkungan basa fenolftalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya. pada praktikum ini indikator PP merubah warna dari merah muda menjadi tidak berwarna.
Selanjutnya terlebih dahulu dilakukan pembakuan NaOH dan pembakuan  HCl. Larutan baku sekunder ini  bersifat tidak stabil oleh karena itu untuk mengetahui konsentrasinya dilakukan pembakuan. Pembakuan NaOH menggunakan asam oksalat, karena asam oksalat merupakan baku primer untuk NaOH dalam pembakuannya yang pada proses titrasinya digunakan indikator phenoftalein untuk menentukan hasil akhir titrasinya, sedangkan pembakuan HCl menggunakan Na2CO3, karena Na2CO3 merupakan baku primer untuk HCl yang proses titrasinya digunakan indikator methyl orange untuk menentukan titik akhir titrasinya.
Setelah itu, dilakukan titrasi blanko etanol dengan NaOH, karena etanol sebagai pelarut ibuprofen dan sifatnya sebagai asam lemah dan bisa mempengaruhi dalam penetapan kadar sampel. Volume NaOH yang bereaksi dengan etanol yang nantinya akan dikurangi dalam penetapan kadar ibuprofen. Pada titrasi asam basa tidak langsung ini, dilakukan penambahan NaOH berlebih terlebih dahulu pada sampel. Untuk mengetahui volume NaOH berlebih yang ditambahkan, maka dilakukan optimasi NaOH. Sampel dipipet sebanyak 10 mL, kemudian ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Lalu tambahkan sedikit demi sedikit NaOH sampai larutan berubah warna menjadi merah muda. Volume yang dibutuhkan sampai terjadinya perubahan warna adalah sebanyak 5 mL. Sehingga volume NaOH berlebih yang digunakan pada sampel adalah sebanyak 5 mL.
Perubahan warna larutan yang dititrasi menandakan larutan titran (basa) yang ditambahkan sudah melebihi titik ekivalen, yaitu titik dimana jumlah ekivalen basa sama dengan jumlah ekivalen asam (asam dan basanya sudah bereaksi dengan tepat). Indikator phenolftalein sangat peka terhadap perpindahan proton dengan menunjukan perubahan warna yang tajam. indikator ini sukar larut dalam air, tetapi tidak dapat bereaksi dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang tidak berwarna. lepasnya proton pertama dari molekul phenolftalein tidak banyak mengubah kerangka molekulnya, tetapi lepasnya proton kedua menyebabkan perubahan besar pada molekulnya.
Kemudian sampel hasil isolasi dipipet sebanyak 10 mL dan ditambahkan NaOH berlebih dalam pipet volume 5 mL serta ditambahkan indicator pp sebagai petunjuk adanya titik akhir titrasi. NaOH berlebih ini akan bereaksi dengan analit dan kelebihan NaOH dititrasi dengan HCl sampai warna merah muda hilang. NaOH yang bereaksi dengan HCl adalah 5 mL dan NaOH yang bereaksi dengan analit adalah total volume NaOH yang ditambahkan dikurangi dengan volume NaOH yang bereaksi dengan HCl dan NaOH yang bereaksi dengan etanol yaitu  5 mL – 1,399 mL – 0,2 mL. Jadi volume NaOH yang bereaksi dengan analit adalah 3,4 mL. Dan dari titrasi yang telah dilakukan diperoleh kadar ibupofen 400 mg adalah sebanyak 15,77 %.

K.           Kesimpulan
                     1.            Titrasi asam basa memerlukan ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator, karena apabila salah menetapkan titik akhir titrasi akan menyebabkan kesalahan dalam perhitungan kadar.
                     2.            Pada praktikum kali ini mendapatkan sampel yang berisi ibuprofen dalam serbuk, dengan kadar yang didapatkan yaitu sebesar 15,77 %.

L.            Daftar Pustaka
Blaschke, Gottfried. Herman J. Roth. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Kovar, Dr.Karl-Arthur, Dr. Harry Autherhoff. 2002. Identifikasi Obat. Bandung : ITB.
Rohman, abdul. Ibnu Gholib Ganjar. 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Underwood, R. A. (1992). Analisa Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga.


Tidak ada komentar: