A. Pembahasan
Praktikum kimia
farmasi analisis II kali ini yaitu mengenai senyawa golongan xanthin, kelompok
kami menganalisis kadar dari salah satu senyawa golongan xanthin yaitu kafein
dalam suatu sediaan farmasi berupa serbuk dengan nomor sampel 5A. Dari hasil
praktikum kemarin pertama-tama dilakukan isolasi sampel dari 2,25 gram sampel
yang digunakan dengan asumsi bahwa dalam filtrat yang didapatkan setelah proses
pelarutan hingga 50 ml mempunyai konsentrasi 2% bila diketahui kandungan kafein
yang biasa ada di pasaran sebesar 200 mg dengan bobot rata-rata tabletnya 450
mg.
Dalam proses
isolasi tersebut digunakan pelarut asam klorida 0,1 N sebanyak 10 ml karena
menurut Florey kafein larut baik dalam asam klorida. Dalam proses isolasinya
dari mulai di vortex untuk mempercepat proses pelarutan atau penarikan senyawa
target hingga dilakukannya sentrifugasi untuk memisahkan larutan heterogen
(filtrate dengan residu) hanya dilakukan satu kali pengerjaan karena dalam satu
kali pengerjaan tersebut semua serbuk langsung larut seluruhnya atau tidak ada
residu yang dihasilkan.
Dari hasil
tersebut kemungkinan sampel yang digunakan adalah senyawa murninya (kafein)
atau juga pelarut asam klorida bukanlah pelarut spesifik dalam memisahkan
kafein dengan matriksnya sehingga mungkin pelarut asam klorida juga melarutkan
matriks-matriksnya. Kelompok kami tetap menggunakan pelarut asam klorida dalam
proses isolasinya karena bila digunakan pelarut lain seperti misalnya kloroform
(memiliki perbandingan kelarutan 1 : 6 menurut Florey volume 15) walaupun
memiliki perbandingan kelarutan yang baik atau mudah larut, tapi dalam proses
pengerjaannya lebih panjang dibandingkan dengan menggunakan pelarut asam
klorida. Sedangkan ketika digunakan etanol 96 % kelarutannya agak sukar larut (
1 : 75 menurut Florey volume 15) sehingga setelah proses sentrifugasi, filtrat
yang dihasilkan tidak memberikan hasil positif ketika diuji kualitatif dengan
menggunakan pereaksi dragendorf, dikarenakan perbandingan kelarutannya yang
lebih tidak larut, sama hal nya jika digunakan pelarut eter yang sukar larut (1
: 600 menurut Florey volume 15) dan aseton yang agak sukar larut (1 : 50 menurt
Florey volume 15).
Sedangkan filtrat
yang dihasilkan dari proses isolasi menggunakan pelarut asam klorida memberikan
hasil positif mengandung senyawa kafein dengan terbentuknya endapan berwarna
coklat dengan pereaksi dragendrof. Uji kualitatif tersebut dilakukan untuk
mengidentifikasi atau memastikan senyawa yang hendak dianalisis berhasil
terlarutkan dan terkandung dalam filtrat. Pemilihan pereaksi dragendorf sebagai
pereaksi uji kualitatif filtratnya karena kafein (senyawa xanthin) tergolong ke
dalam kelompok senyawa alkaloid sehingga dengan pereaksi tersebut akan
menghasilkan endapan berwarna coklat.
Filtrat yang
didapatkan dari proses isolasi tersebut selanjutnya dianalisis kandungan atau
kadarnya dengan menggunakan metode titrasi iodometri. Prinsip dasar dari
titrasi iodometri ini yaitu sampel bertindak sebagai oksidator sedangkan iodium
(I2) bertindak sebagai reduktor maka keduanya akan melakukan reaksi
reduksi-oksidasi (redoks). Namun, berbeda halnya pada sampel kafein yang tidak
bisa direduksi karena ikatan-ikatan yang ada pada struktur molekulnya sudah
stabil. Oleh karena itu, titrasi iodometri ini didasarkan pada pembentukan
kompleks endapan tetraiodida yang dihasilkan dari adanya sampel yang bereaksi
dengan iodium yang dihasilkan dari proses oksidasi kalium-iodat (KIO3)
dalam suasana asam.
Pada titrasi
iodometri ini sebelum melakukan penetapan kadar terhadap sampel harus dilakukan
juga pembakuan larutan pentiter, di mana pentiter yang digunakan pada titrasi
ini yaitu larutan natrium tiosulfat. Alasan dilakukannya pembakuan natrium
tiosulfat, dikarenakan natrium tiosulfat ini bersifat tidak stabil sehingga
perlu adanya pembakuan, hasil dari pembakuan ini didapatkan konsentrasi natrium
tiosulfat sebesar 0,086 N. Kemudian dilanjutkan dengan penetapan kadar kafein
dalam sampel yang perlu ditambahkan dengan kalium-iodat (KIO3) dalam
suasana asam dengan diberi beberapa perlakuan yang bertujuan supaya KIO3 dapat
teroksidasi oleh adanya asam menjadi iodium (I2) kemudian iodium
yang terbentuk akan bereaksi dengan sampel dan membentuk endapan tetraiodida (C8H10O2N4.HI.I4).
Lalu sampel yang telah diberi perlakuan di atas dipipet 10 mL dan ditambahkan
dengan 10 mL kloroform.
Penambahan
kloroform ini bertindak sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi
dan jumlah volume kloroformnya harus sebanding dengan jumlah sampel yang ditambahkan,
agar dalam pengamatannya terlihat lebih jelas. Pada saat penambahan indikator
kloroform ke dalam erlenmeyer terbentuk larutan 2 fase yang kemudian dititrasi
dengan natrium tiosulfat yang telah dibakukan.
Pada saat
penambahan natrium tiosulfat ke dalam titran terjadi pembentukan warna violet
di fase bawah dan warna kuning di fase atas. Penambahan natrium tiosulfat ini
bertujuan untuk membebaskan iodium yang terikat dengan sampel yang ditandai
dengan terbentuknya warna kuning di fase atas, sedangkan warna ungu yang
terbentuk dikarenakan iodium yang dibebaskan tadi akan ditarik oleh fase
kloroform yang mengindikasikan bahwa iod sudah bebas seluruhnya.
Adapun penentuan
titik akhir titrasi ini dilakukan pada saat perubahan warna ungu dan kuning
tersebut menjadi tidak berwarna. Dan diperoleh volume titik akhir titrasinya
sebesar 14,5 mL. Sehingga dari proses titrasi ini belangsung didapatkan mgrek I2
sebanding dengan mgrek natrium tiosulfat, dan mgrek I2 sebanding
dengan mgrek sampel. Oleh sebab itu, dari data yang diperoleh dapat diketahui %
kadar kafein di dalam sampel 5A sebesar 53,94%.
B. Kesimpulan
Penetapan kadar kafein dengan nomor sampel 5A dengan menggunakan metode titrasi iodometri didapatkan kadarnya sebesar
53,94%.
DAFTAR PUSTAKA
Florey, Klaus. 1986. Analytical
Profiles of Drug Substances. Academic Press, Inc
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Sudjadi dan Abdul Rohman. 2015. Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar