A. Pembahasan
Praktikum yang
telah dilakukan yaitu menentukan kadar senyawa golongan xantin, dimana kelompok
kami mendapatkan sampel No. 17 A
yaitu kafein dalam bentuk serbuk yang dianalisis jumlah kadarnya dengan
menggunakan metode titrasi iodometri.
Sebelum dianalisis
jumlah kadarnya, terlebih dahulu kita melakukan isolasi sampel untuk memisahkan
zat yang akan kita uji dari matriksnya. Kandungan kafein yang beredar di
pasaran biasanya sebesar 200 mg dengan bobot rata-rata tablet 450 mg. Menurut
Florey, kafein larut baik dalam asam klorida,
sehingga isolasi dilakukan dengan menggunakan pelarut asam klorida 0,1 N
sebanyak 10 mL.
Setelah dilakukan isolasi 1 kali, serbuk langsung larut seluruhnya dan tidak
terdapat matriks, kemungkinan hal ini menunjukkan bahwa serbuk kafein sudah
dalam keadaan murni atau bisa saja asam klorida melarutkan matriks daripada
sampel yang dianalisis. Kemudian dilakukan uji kualitatif dengan menggunakan
pereaksi yang spesifik. Pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi dragendorf,
karena kafein termasuk dalam kelompok alkaloid. Filtrat yang direaksikan dengan
pereaksi dragendorf akan menunjukkan hasil positif jika membentuk endapan
berwarna coklat. Dragendorf akan mengendapkan alkaloid karena dalam senyawa
alkaloid terdapat gugus Nitrogen yang memiliki satu pasang elektron bebas
menyebabkan senyawa alkaloid bersifat nukleofilik (basa). Maka dari itu,
senyawa alkaloid mampu mengikat ion logam berat (Dargendorf) yang mempunyai
muatan positif sehingga terbentuk endapan coklat. Dan setelah filtrat yang
dihasilkan dari proses isolasi tersebut diuji kualitatif memberikan hasil
positif, menunjukkan terkandung senyawa kafein dalam filtrat tersebut.
Untuk mengetahui
kadar analit dalam sampel digunakan metode titrasi iodometri. Karena sampel
kafein tidak bisa direduksi, maka titrasi iodometri ini berdasarkan pembentukan
kompleks endapan tetraiodida yang dihasilkan dari proses oksidasi KIO3
dalam suasana asam. Sebelum dilakukan penetapan sampel terlebih dahulu
dilakukan pembakuan Natrium tiosulfat, untuk menentukan konsentrasi pentiter
yang akan digunakan karena pentiter tersebut tidak stabil dan diperoleh
konsentrasi natrium tiosulfat sebesar 0,0862 N. Lalu dilakukan penetapan kadar kafein dalam
sampel. Sebelumnya sampel ditambahkan kalium-iodat dalam suasana asam agar
teroksidasi menjadi Iodium (I2), dan I2 yang terbentuk
akan membentuk endapan tetraiodida ketika bereaksi dengan sampel. Kemudian sampel dipipet 10 ml
dan ditambahkan indikator. Indikator yang digunakan untuk mengetahui titik
akhir titrasi dalam analisis ini yaitu kloroform sebanyak 10 ml. Penambahan
kloroform ini menyebabkan larutan terbentuk dua lapisan, hal ini karena adanya
perbedaan massa jenis dan tingkat
kepolaran. Kemudian dititrasi menggunakan natrium
tiosulfat, I2 yang terikat dengan sampel akan dibebaskan dan
terbentuk warna kuning jerami (fase atas) dan I2 yang dibebaskan
akan ditarik oleh kloroform membentuk warna ungu (fase bawah), pada saat titik
akhir titrasi warna ungu akan hilang atau tidak berwarna. Dari data pengamatan
yang diperoleh dan setelah dilakukan perhitungan, diketahui % kadar kafein
dalam sampel No. 17 A
sebesar 57,52 %.
B. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan
menggunakan metode titrasi iodometri kadar caffein dari sampel 17 A adalah 57,52 %.
C. Daftar Pustaka
Gandjar, Ibnu Gholib
dan Abdul Rohman. 2015. Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
KEMENKES. 2014. Farmakope
Indonesia Edisi V. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Sudjadi dan Abdul
Rohman. 2015. Analisis Farmasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
1 komentar:
Kopi dengan
kafein juga bermanfaat untuk dibuat masker
Posting Komentar