Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kadar
ureum dalam darah.Sampel yang digunakan adalah berupa serum seorang wanita. Penentuan
urea berdasarkan reaksi antara urea dengan urease membentuk ammonium hidroksida
(NH 4 OH). Senyawa tersebut di dalam air akan terhidrolisis menjadi ion
ammonium dan ion hidroksida. Senyawa NH 4 OH yang terdapat dalam larutan akan
membentuk keseimbangan pada permukaan membran. Hal ini disebabkan oleh proses
homogenisasi dalam larutan untuk mencapai keseimbangan dan selanjutnya dapat
dijadikan dasar penentuan kuantitas urea dalam sampel.. Ammonia yang
dihasilakan selanjutnya akan mengalami reaksi kombinasi dengan 2-oxoglutarate
menghasilkan glutamate. Glutamate sebagai produk akhir atau indikator akan
dihitung dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
Kadar normal urea dalam darah bagi perempuan adalah 15
- 40 mg/dL, sedangkan pada laki-laki 19 - 44 mg/dL. Kadar ureum dalam darah mencerminkan keseimbangan
antara produksi dan ekskresi urea. Jika kuantitas urea melebihi
batas normal akan mengakibatkan tingginya kandungan urea dalam darah dan
umumnya terjadi pada penderita gagal ginjal. banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas
rentang normal. Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan
rendahnya protein dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila
kadarnya sangat rendah bisa mengindikasikan penyakit hati.
Selanjutnya
dilakukan pengujian dimana sampel berupa serum dicampurkan dengan monoreagen
dan diinkubasi selama 60 detik, hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang
optimal dimana reagen dan serum bereaksi secara optimal. Kemudian
dispektrofotometri uv-vis untuk mengetahui absorbansinya. Hasil dari pengukuran
ini dinyatakan dalam A1. Kemudian 60 detik setelah pengukuran
absorbansi larutan sampel (A1) sampel tersebut kembali diukur absorbansinya dengan
alat spektrofotometer yang sama dan nilai absorbansi yang dihasilkan dianggap
sebagai nilai absorbansi kedua (A2). Dilakukan dua kali pengukuran karena untuk
pengujian ureum waktu tersebut merupakan waktu dimana kadar ureum akan berbeda.
diperoleh A1 yaitu 0,064 dan A2 0,088. Diperolehlah nilai absorbansi sampel
setelah dua kali pengukuran yaitu 0,024.
Hasil tersebut adalah hasil dari |A1-A2| Untuk konsentrasi standar yaitu 50
mg/dL, dan untuk absorbansi sampel yaitu 0,023. Setelah itu makan dapat
diketahui kadar urea dari sampel, dan setelah dilakukan perhitungan hasilnya
adalah 52,17 mg/dL. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dalam sampel memiliki kadar ureum yang tinggi,
terlebih sampel yang digunakan adalah dari seorang wanita. Peningkatan kadar
ureum tersebut dikenal dengan uremia. Adanya kadar ureum dalam darah yang
tinggi mengindikasikan pasien mengalami disfungsi ginjal karena ginjal tidak
dapat lagi membuang urea keluar dari tubuh, sehingga urea terakumulasi dalam
darah.
Kesimpulan
Dilakukan
pengujian kadar ureum dalam darah dengan menggunakan serum seorang wanita. Diperoleh
kadar ureum dalam sampel yaitu 52,17 mg/dL yang artinya hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar ureum dalam sampel tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar