PERCOBAAN IV
PENETAPAN KADAR TEOFILIN DALAM
SEDIAAN SERBUK MENGGUNAKAN METODE TITRASI ARGENTOMTERI VOLHARD
A.
Tempat
dan Waktu Praktikum
Praktikum
dilakukan di Laboratorium Kimia I kampus STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya,
pada tanggal 17 Maret 2017.
B.
Tujuan
Praktikum
Untuk
menentukan kadar Teofilin dalam sediaan farmasi (serbuk) menggunakan metode
Titrasi Argentometri Volhard.
C.
No
Sampel dan Bentuk Sediaan
Serbuk nomor 6B.
D.
Prinsip
Percobaan
Prinsip
metode titrasi argentometri metode volhard yaitu, di mana dilakukan penambahan
AgNO3 berlebih yang menyebabkan proton H+ pada gugus amin
sekunder teofilin akan lepas, dan N akan berikatan dengan Ag (reaksi
substitusi). Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan ammonium tiosianat
dengan menggunakan indicator Fe(NH4)SO4. Setelah semua
perak nitrat terendapkan kelebihan ammonium tiosianat akan bereaksi dengan besi
(III) amonium sulfat membentuk besi (III) tiosianat yang berwarna merah.
E.
Alasan
Metode Yang Digunakan
Alasan
menggunakan metode titrasi argentometri volhard ini karena, dalam struktur
teofilin mengandung proton H+ yang mudah lepas sehingga atom N pada
teofilin akan berikatan dengan Ag (Reaksi substitusi).
F.
Dasar
Teori
Argentometri
merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-senyawa
lain yang membentuk endapan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Metode argentomteri disebut juga metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau
endapan. Reaksi yang mendasari titrasi argentometri adalah:
AgNO3
+ Cl- → AgCl(s) + NO3-
Sebagai
indicator dapat digunakan kalium kromat yang menghasilkan warna merah dengan
adanya kelebihan ion Ag+. Metode argentomteri yang lebih luas
digunakan adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat berlebihan ditambahkan ke
sampel yang mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3
selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium tiosianat menggunakan indicator
besi (III) ammonium sulfat (Gandjar dan Rohman 2007).
Metode
volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida, bromide, dan iodide
dalam suasana asam. Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam
dengan larutan baku kalium atau ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali
kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat dittapkan secara
jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai
indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat daam
lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. titrasi ini harus dilakukan dalam suasana
asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika
suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukan. pH larutan harus
di bawah 3. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna 0,7 – 1% sebelum titik
ekivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan dicapai titik
akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diabsorbsi oleh endapan
perak tiosianat dapat beraksi dengan tiosianat (Gandjar dan Rohman 2007).
Dalam
analisis klorida, sebuah kesalahan dapat terjadi jika endapan AgCl dibolehkan
beraksi dengan ion tiosianat:
AgCl(s)
+ SCN- ↔
AgSCN(s) + Cl-
Mengingat
AgSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan AgCl, reaksi ini cenderung untuk
bergeser dari kiri ke kanan dan akan menyebabkan hasil-hasil yang rendah dalam
analisis klorida. Reaksi ini dapat dicegah dengan menyaring penuh AgCl atau
menambahkan nitrobenzene sebelum titrasi dengan tiosianat. Nitrobenzene
terlihat membentuk sebuah lapisan berminyak di atas permukaan AgCl, yang
mencegah reaksi dengan tiosianat (J.R, Underwood, 2001).
G.
Reaksi
Kimia
Teofilin + AgNO3
(Sudjadi Dan Rohman,
2013).
H.
Alat
dan Bahan
1) Alat
Labu
ukur
|
Beaker
glass
|
Rak
dan Tabung reaksi
|
Pipet volume 10 mL
|
Pipet
ukur 10 mL
|
Botol
semprot
|
Tabung
Sentrifuga
|
Buret,
klem, statif
|
Vortex
|
sentrifugasi
|
Kaca arloji
|
Pump
pipet
|
2) Bahan
Teofilin:
Gambar 1. Struktur
Teofilin (USP, 2007)
Pemerian : Serbuk Hablur, putih, tidak berbau, rasa
pahit, stabil
diudara;
kelarutan : Sukar Larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam air panas, mudah larut dalam alkali hidroksida, ammonia, agak sukar larut
dalam etanol, dalam klorofom dan eter;
BM : 180,17 (DepKes RI, 2014)
pKa : 8,9
I.
Prosedur
Kerja
a. Perhitungan
Pembuatan AgNO3 0,05 N dalam 1000mL (1 liter)
Gram = Nx
BExV
b. Perhitungan
Pembuatan NaCl 0,05 N dalam 10ml
c. Perhitungan
Pembuatan NH4SCN 0,05 N dalam 500 ml
d.
|
e. Pembakuan
Larutan NH4SCN
f.
Isolasi Teofilin dari sediaan Serbuk
pisahkan
|
|||||
g. Penetapan
Kadar Teofilin
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
J.
Data
Hasil Pengamatan
1. Pembakuan
AgNO3
Volume NaCl (mg)
|
Volume AgNO3
(ml)
|
29
|
10
|
29
|
10
|
29
|
10
|
Rata-rata
|
10
|
2. Pembakuan
KSCN
Volume AgNO3
(ml)
|
Volume KSCN (ml)
|
10
|
10,9
|
10
|
10,9
|
10
|
10,8
|
Rata-rata
|
10,87
|
mgrek KSCN ≈
mgrek AgNO3
V
KSCN x N KSCN = V AgNO3 x N AgNO3
10,87 x N KSCN = 10 x 0,0496
N
KSCN =
N
KSCN= 0,0456 N
3. Kadar
Sampel Teofilin No. 6B
Volume Sampel
(ml)
|
Volume KSCN (ml)
|
10
|
26,7
|
10
|
26,7
|
10
|
26,7
|
Rata-rata
|
26,7
|
Volume AgNO3 yang bereaksi
dengan KSCN
V AgNO3 x N AgNO3 =
V KSCN x N KSCN
V
AgNO3 x 0,0496 = 26,7 x 0,0456
V AgNO3 =
V AgNO3 = 24, 5463 mL
Volume
AgNO3 yang bereaksi dengan sampel
=
Volume AgNO3 berlebih – (Volume AgNO3-KSCN)
=
25 – (24,5463)
=
0,4537 mL
mgrek sampel ≈ mgrek AgNO3-Sampel
Vsampel x Nsampel =
V AgNO3-sampel x N AgNO3
10 x Nsampel = 0,4537 x 0,0496
Nsampel
=
Nsampel = 0,0023 N
Menghitung
berat analit
% Kadar Teofilin =
=
= 1,656%
PEMBAHASAN
Untuk pembahasan KLIK DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar