Minggu, 08 April 2018

Laporan Parasetamol Metode Nitrimetri


LAPORAN KIMIA FARMASI ANALITIK II

PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN METODE TITRASI NITRIMETRI
10 MARET 2017


A.      Tanggal Praktikum       
Jum’at, 10 Maret 2017
B.       Tujuan Praktikum        
Untuk mengetahui cara dan kadar Paracetamol dengan metode Nitrimetri
C.      No Sampel
A6
D.      Prinsip Kerja                 
Prinsipnya adalah reaksi diazotasi.
1.             Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatic primer (amin aromatic sekuder dan gugus nitro aromatic).
2.             Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder.
3.             Pembentukan senyawa azidari gugus hidrazida.
4.             Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya nitrasi dengan menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.

E.       Dasar Tori
Paracetamol
(chemical properties from ChemLab Apps)

Nama resmi                            : Acetaminophenum
Nama lain                                : Paracetamol
RM / BM                                : C8H9NO2 / 151,56
Pemerian                                 : Hablur atau hablur serbuk putih, tidak berbau, rasa  pahit.
Kelarutan                                : Larut dalam 70 bagian air, dlam 7 bagian etanol 95 % p,
dalam 17 bagian aseton p, dalam 40 Bagian gliserol.
Khasiat                                   : Analgetikum antipiretikum.
Kegunaan                               : Sebagai sampel.
Persyaratan kadar                   : Mengandung tidak kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0
% C8H9NO2 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penyimpanan                           : Dalam wadah tertutup baik.
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Nitritrimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit. Nitritrimetri disebut juga dengan metode titrasi diazotasi. Senyawa-senyawa yang dapat ditentukan kadarnya dengan metode nitritrimetri diantaranya adalah penisilin dan sulfamerazin. Penetapan kadar senyawa ini dilakukan untuk mengetahui kemurnian zat tersebut dalam satu sample.
Reaksi diazotasi telah digunakan secara umum untuk penetapan gugusan amino aromatis dalam industri zat warna dan dapat dipakai untuk penetapan sulfanilamida dan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugus amino aromatis.
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitritometri).
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin  aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi :
a.    Suhu
Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak stabil.
b.    Kecepatan reaksi
Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
Dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan selama titrasi. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung.
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam dan indikator luar. Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo dan metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan. Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodide.
Penetapan kadar paracetamol berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin primer aromatis bebas yang direaksikan dengan NaNO2 yang diperoleh dari hasil reaksi antara natrium nitrit dan asam klorida dengan penentuan titik akhir menggunakan indicator kertas kanji dengan perubahan menjadi warna biru segera ketika dioles.





Reaksi yang terjadi :
Pemakaian indicator luar sering timbul warna biru setelah disimpan lama, hal ini terjadi karena oksidasi oleh udara. Pasta KI harus dibuat segar setiap kali titrasi.

F.       Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
o  Buret
o  Klem buret dan statif
o  Labu takar
o  Gelas ukur
o  Beaker Glass
o  Erlenmeyer
o  Pipet volume
o  Pipet tetes
o  Botol semprot
o  Tempat es
o  Paracetamol
o  Larutan baku NaNO2 0,1N
o  HCl 0,1N
o  KBr
o  Etanol 96%
o  Pasta kanji
o  Es batu
o  Aquadest

G.      Prosedur Kerja
1.      Isolasi Paracetamol





2.      Titrasi Nitrimetri
a.       Pembakuan NaNO2


b.      Penetapan Kadar Paracetamol





H.      Hasil Pengamatan
a.       Pembakuan NaNO2
Berat Asam Sulfanilat
Volume NaNO2
50 mg
3 mL
50 mg
3,1 mL
50 mg
3 mL
Rata-rata
3,0333 mL










b.      Penetapan Kadar Paracetamol pada sampel
Volume Analit
Volume NaNO2
10 mL
5 mL
10 mL
5 mL
10 mL
5 mL
Rata-rata
5 mL

















I.         Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan analisis kuantitatif yaitu penentuan kadar parasetamol dengan menggunakan metode titrasi nitrimetri.
Struktur kimia parasetamol.
Struktur Parasetamol
Nitrimetri adalah metode penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium nitrit (NaNO2). Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam (HCl) membentuk garam diazonium.Dilakukannya pembentukan asam nitrit dari natrium nitrit ini karena asam nitrit sangat tidak stabil dan mudah teroksidasi oleh udara menjadi HNO3 (asam nitrat). 





Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi, dengan persamaan yang berlangsung dalam dua tahap seperti dibawah ini :
NaNO2 + HCl → NaCl + HNO2
J.      
K.     
L.      
M.    
Ar- NH2 + HNO2 + HCl → Ar-N2Cl + 2H2O (Zulfikar, 2010)
Zat yang dapat dititrasi dengan nitrimetri adalah zat yang mengandung gugus–NH2 (amina) aromatis primer atau zat lain yang dapat dihidrolisis atau direduksi menjadi amin aromatis primer (Setyawati et al, 2010).
Parasetamol memiliki gugus amin aromatis yang terikat dengan gugus lain. Oleh karena itu untuk penetapan kadarnya parasetamol harus dihidrolisis terlebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutny abereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam diazonium. Karena alas an tersebut maka parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan menggunakan metode nitrimetri.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Reaksi ini tidak stabil dalam suhu kamar, karena garam diazonium terbentuk pada suhu rendah (0-5 °C), tetapi bias juga berlangsung pada suhu 5-15°C dengan adanya penambahan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada suhu tinggi karena HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi sehingga nantinya hasil yang didapatkan tidak stoikiometri. Selain itu dapat mengganggu pembentukan garam diazonium sehingga akan terurai dengan melepaskan gas nitrogen dan menjadi fenol dengan adanya H2O yang mampu bereaksi dengan asam nitrit.Untuk mendapatkan suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang berisi sampel dalam bejana berisi batu es.







Sampel
 

 
Katalis (KBr)
 
Butiran es
 
Asam (HCl)
 
                                               
 




                                    Proses pendinginan sampel sebelum titrasi
Prosedur yang pertama kali dilakukan adalah isolasisampel. Parasetamol dilarutkan dalam etanol karena parasetamol mudah larut dalam etanol lalu di vortex. Parasetamol yang dilarutkan dalam etanol divortex untuk melarutkan partikel-partikel parasetamol agar larut dalam etanol sehingga komposisinya menjadi rata, kemudian disentrifugasi dengan alat sentrifuge. Sentrifuge berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel dalam suatu larutan yang mempunyai berat molekul yang berbeda. Sentrifuge bekerja dengan menggunakan prinsip sedimentasi, dimana percepatan sentripetal menyebabkan zat yang lebih padat akan mengendap di dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda ringan akan cenderung bergerak ke atas tabung (melayang di dalam tabung). Gaya sentrifugal yang dihasilkan berasal dari putaran motor listrik yang mendapat supply. Semakin tinggi putaran motor maka semakin besar gaya sentrifugal yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya.Filtrat yang dihasilkandari proses sentrifuge diambil kemudian di refluks dengan ditambahkan larutan HCl untuk membentuk suasana asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder yang terkandung dalam parasetamol menjadi amina primer yang nantinya dapat bereaksi dengan natrium nitrit membentuk garam diazonium. Parasetamol adalah senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga dalam perlakuannya, titrasi ini dilakukan pada suhu rendah (kurang dari 15oC) demi mencegah terbentuknya fenol dan gas nitrogen dari hasil reaksi asam nitrit dengan parasetamol.
Sebelum digunakan untuk mentritasi sampel parasetamol, larutan NaNO2 harus distandarisasi terlebih dahulu, karena NaNO2 merupakan larutan standar sekunder yang bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Hal ini mengakibatkan penimbangan sejumlah NaNO2 tertentu tidak dapat memberikan kepastian massa yang sesungguhnya akibat jumlah air dan CO2 yang diserap oleh NaNO2 tidak tepat sehingga konsentrasinya dapat berubah. Dengan demikian apabila menggunakan NaNO2 sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya oleh larutan standar primer.
Larutan standar primer yang digunakan adalah asam sulfanilat karena asam sulfanilatt tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekivalen (BE) yang besar sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya dan dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan.Larutan NaNO2 perlu distandarisasi terlebih dahulu untuk mengetahui normalitas NaNO2 yang sesungguhnya yang akan digunakan sebagai titran sehingga perhitungan yang didapat akan lebih akurat.
Asam sulfanilat ditimbang seksama sebanyak 50 mg, lalu dilarutkan dalam ammonium hidroksida (NH4OH). Penambahan ammonium hidroksida dimaksudkan untuk memperbesar kelarutan asam sulfanilat karena pada dasarnya asam sulfanilat sukar larut dalam air. Amonium hidroksida yang digunakan untuk melarutkan jangan terlalu banyak, karena dapat mempengaruhi pH. Untuk mengakali masalah ini, maka pada saat memasukkan asam sulfanilat kedalam erlenmeyer usahakan terlokalisasi pada satu titik, agar tidak diperlukan banyak ammonium hidroksida untuk melarutkan. Setelah seluruh asam sulfanilat larut, larutan kemudian diasamkan dengan HCl sampai pH 1, karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam. Kemudian ditambahkan KBr yang digunakan sebagai katalisator.
Penetesan NaNO2 dari buret jangan terlalu cepat (dilakukan perlahan-lahan, setetes demi setetes sambil digojog kuat-kuat), karena pembentukan garam diazonium memerlukan waktu yang lama. Bila penetesan terlalu cepat NaNO2 belum bereaksi dengan sampel sehingga ketika diteteskan dengan indikator luar akan menimbulkan warna biru, maka hasil tidak akurat. Reaksi diazotasi sangat lambat sekali maka reaksi berjalan sempurna.Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan kataliskalium bromida (Hamdani, 2013).
KBr ditambahkan sebagai katalisator dan stabilisator yang bekerja dengan memperkecil energi aktivasi sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat.Pada nitrimetri KBr diperlukan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi karena KBr dapat mengikat  NO2 membentuk nitrosobromida yang akan meniadakan reaksi tautomerisasi dari bentuk keto langsung membentuk enol.Selain itu digunakan sebagai stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai atau menguap.
Titrasi harusberlangsung padapH 1-2 (asam), kondisi ini diperlukan untuk mengubah NaNO2 menjadi HNO2 sehingga nantinya membentuk garam diazonium. Apabila keasaman kurang maka titik akhir titrasi tidak jelas dan garam diazonium yang terbentuk tidak sempurna karena garam diazonium tidak stabil pada suasana netral atau basa.
Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indicator luar yaitu pasta kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta kanji-iodida, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodida menjadi iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml natrium nitrit dalam 200 mL larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut:
NaNO2     +  HCl        HNO2  + NaCl
KI   +  HCl      KCl   +  HI
2 HI   +  2 HONO   → I2  + 2 NO  + 2H2O
I2  + kanji   → kanji iod ( biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji-iodida akan terbentuk warna biru segera sebab warna biru juga terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan diudara, hal ini disebabkan karena oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi
4 KI  + 4 HCl  + O2→ 2H2O   +  2I2  + 4 KCl
I2  + kanji   → kanji iod (biru)
Untuk menyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (GandjardanRohman, 2007).
Kelebihan dari indikator luar yaitu untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih jelas.Adapunkekurangannyayaitucara kerja tidak praktis, titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 15oC serta harus diketahui perkiraan jumlah titran yang diperlukan, jika tidak diketahui perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan maka akan sering melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Semakin sering melakukan pengujian, maka cenderung akan banyak sampel yang hilang pada saat pengujian TAT.

J.      Kesimpulan
Penetapan kadar paracetamol kode sampel 6A sebesar 7,1952%







K.      Daftar Pustaka
Day, R.A., Jr, 1991, KIMIA ANALISIS – KUANTITATIF. Penerbit : Englewood Cliffs, N.J. : Prentice-Hall International.

Farmakope Indonesia Edisi III.1979.Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gholib Ganjar, Ibnu dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Zulfikar . 2010. Titrasi Nitrimetri. [http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/pemisahan-kimia-dan-analisis/titrasi-nitrimetri/] diakses pada 30-12-2010