Setelah
proses isolasi, dilakukan pembakuan terlebih
dahulu sebelum dilakukan titrasi terhadap sampel. Pembakuan NaOH dilakukan
dengan asam oksalat sebanyak 63 mg karena ingin diperoleh
nilai titran pada rentang sekitar 10 ml. Indikator yang digunakan adalah
indikator pp karena suasana titrat adalah basa sehingga indikator pp yang mudah
diperoleh juga cocok untuk suasana basa karena
indikator pp memiliki rentang pH 8,4-9,8 . Pembakuan bertujuan untuk mengetahui
normalitas yang sebenarnya dari baku sekunder, karena sifat zat baku sekunder
yang tidak stabil. Begitu pun dengan NaOH yang digunakan sebagai baku sekunder
harus dibakukan terlebih dahulu dengan asam oksalat yang lebih mudah diperoleh
kemurniannya dibandingkan dengan NaOH murninya. Mekanisme reaksi saat pembakuan
NaOH :
H2C2O4 + 2NaOH 2NaHCO3 + H2O
Pembakuan HCl dilakukan
dengan baku natrium karbonat dan indikator pp. NaOH yang digunakan sebanyak 10
ml. Mekanisme reaksi pembakuan HCl dengan NaOH :
NaOH +
HCl NaCl + H2O
Pada
titrasi sampel, karena dilakukan dengan metode titrasi kembali maka sampel
ditambahkan dengan HCl berlebih sebanyak
10 mL terlebih dulu dan
ditambahkan 3 tetes indikator pp.
Penambahan awal sebanyak 10 ml HCl yang kemudian ditetesi
indikator pp langsung dari warna bening menjadi warna merah muda setelah di titrasi kembali dengan NaOH. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada 10 ml NaOH telah
memiliki kelebihan HCl. Selanjutnya dititrasi
dengan NaOH yang telah dibakukan sebelumnya.
Selanjutnya kelebihan HCl dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan mekanisme reaksi :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Indikator yang digunakan
merupakan indikator pp karena suasana sampel saat dititrasi merupakan suasana
basa dengan adanya kelebihan HCl yang dititrasi. Sampel
bereaksi dengan HCl dan kelebihan HCl tersebut yang akan bereaksi dengan NaOH pada pentiter.
Karena dalam titrasi
ini digunakan metode titrasi tidak langsung maka
harus diketahui HCl yang bereaksi dengan NaOH dengan membandingkan dengan
volume NaOH yang bereaksi dengan sampel. Selanjutnya ditentukan volume HCl yang
bereaksi dengan sampel dengan cara mengurangi volume HCl yang ditambahkan
dengan volume HCl yang bereaksi dengan titran, sehingga bisa didapatkan normalitas
sampel dan dihitung kadar thiamin HCl yang
terdapat dalam sampel. Adapun kadar thiamin yang
diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 4,422 %.
L. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum
analisis kuantitatif pada golongan vitamin larut air yaitu thiamin HCl yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kadar thiamin HCl dengan nomor
9E yaitu 4,422 %.
DAFTAR
PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina
Rupa Aksara.
Deman,
John. 1997. Kimia Makanan. Bandung:
ITB.
Depkes
RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V.
Jakarta: Depkes RI.
Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar