Kamis, 19 April 2018

Lanjutan Pembahasan Thiamin

Langkah pertama yang dilakukan adalah mengisolasi sampel tersebut dengan cara ekstraksi padat-cair karena sampel thiamin HCl yang didapatkan berupa sediaan serbuk. Metode ekstraksi menggunakan pelarut Aquadest. Thiamin HCl dapat larut dalam aquadest karena dilihat dari strukturnya  terdapat gugus OH sehingga bisa larut dalam pelarut organik. Sedangkan untuk matriksnya tidak larut dalam aquadest tetapi larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform atau eter. Setelah sampel dilarutkan dalam aquadest kemudian dimasukkan kedalam tabung sentrifuge. Setelah itu dikocok sebentar dan di vortex untuk menghomogenkan larutan. Setelah larutan homogen kemudian dilakukan sentrifugasi. Tujuan dilakukan sentrifugasi adalah untuk memisahkan 2 jenis larutan berdasarkan ukuran partikel sehingga nantinya bagian yang tidak larut akan mengendap dibawah sebagai residu dan sentrate yang dihasiklkan nantinya digunakan sebagai smapel untuk menetapkan kadar thiamin HCl. Sentrat yang dihasilkan kemudian disaring dan diuji kualitatif dengan pereaksi FeCl3. Hasil positif adanya thiamin HCl ditandai dengan terbentuknya warna coklat. Karena kemungkinan pada residu masih terdapat thiamin HCl, maka ekstraksi terus dilanjutkan dengan menambahkan 10 ml aquadest kedalam tabung sentrifuge dan divortex kembali. Ekstraksi terus dilakukan sampai pada fase sentrate yang dihasilkan ketika diuji dengan pereaksi FeCl3 tidak terbentuk warna coklat.
     Setelah proses isolasi, dilakukan pembakuan terlebih dahulu sebelum dilakukan titrasi terhadap sampel. Pembakuan NaOH dilakukan dengan asam oksalat sebanyak 63 mg karena ingin diperoleh nilai titran pada rentang sekitar 10 ml. Indikator yang digunakan adalah indikator pp karena suasana titrat adalah basa sehingga indikator pp yang mudah diperoleh juga cocok untuk suasana basa karena indikator pp memiliki rentang pH 8,4-9,8 . Pembakuan bertujuan untuk mengetahui normalitas yang sebenarnya dari baku sekunder, karena sifat zat baku sekunder yang tidak stabil. Begitu pun dengan NaOH yang digunakan sebagai baku sekunder harus dibakukan terlebih dahulu dengan asam oksalat yang lebih mudah diperoleh kemurniannya dibandingkan dengan NaOH murninya. Mekanisme reaksi saat pembakuan NaOH :
H2CO4 + 2NaOH                   2NaHCO3 + H2O
Pembakuan HCl dilakukan dengan baku natrium karbonat dan indikator pp. NaOH yang digunakan sebanyak 10 ml. Mekanisme reaksi pembakuan HCl dengan NaOH :
       NaOH + HCl                         NaCl + H2O
     Pada titrasi sampel, karena dilakukan dengan metode titrasi kembali maka sampel ditambahkan dengan HCl berlebih sebanyak 10 mL terlebih dulu dan ditambahkan 3 tetes indikator pp. Penambahan awal sebanyak 10 ml HCl yang kemudian ditetesi indikator pp langsung dari warna bening menjadi warna merah muda setelah di titrasi kembali dengan NaOH. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada 10 ml NaOH telah memiliki kelebihan HCl. Selanjutnya dititrasi dengan NaOH yang telah dibakukan sebelumnya.
Selanjutnya kelebihan HCl dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan mekanisme reaksi :
NaOH + HCl                   NaCl + H2O                  
Indikator yang digunakan merupakan indikator pp karena suasana sampel saat dititrasi merupakan suasana basa dengan adanya kelebihan HCl yang dititrasi. Sampel bereaksi dengan HCl dan kelebihan HCl tersebut yang akan bereaksi dengan NaOH pada pentiter.
      Karena dalam titrasi ini digunakan metode titrasi tidak langsung maka harus diketahui HCl yang bereaksi dengan NaOH dengan membandingkan dengan volume NaOH yang bereaksi dengan sampel. Selanjutnya ditentukan volume HCl yang bereaksi dengan sampel dengan cara mengurangi volume HCl yang ditambahkan dengan volume HCl yang bereaksi dengan titran, sehingga bisa didapatkan normalitas sampel dan dihitung kadar thiamin HCl yang terdapat dalam sampel. Adapun kadar thiamin yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebesar 4,422 %.

L. Kesimpulan
     Berdasarkan praktikum analisis kuantitatif pada golongan vitamin larut air yaitu thiamin HCl yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar thiamin HCl dengan nomor  9E  yaitu 4,422 %.



DAFTAR PUSTAKA
Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Deman, John. 1997. Kimia Makanan. Bandung: ITB.
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Depkes RI.
Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.


Tidak ada komentar: